PENGARUH DUKUNGAN SUAMI, UMUR DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN POSTPARTUM BLUES
PADA IBU POST PARTUM DI RUANG RAWAT IBU RS IBU DAN ANAK BANDA ACEH
Oleh:
Gustiana
ABSTRAK
Persalinanmerupakanperistiwa penting yang sangat dinantikan oleh ibu.Sebagian ibuberhasil menyesuaikan diri, namunsebagian lagi tidak berhasildan mengalami gangguan
psikologis seperti merasa sedih, jengkelmudah marah,
sedih, perasaan kesepian, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupadanputus asa. Perasaan
itulah yang membuat ibu malas mengurus bayinya.Hal inisangatdipengaruhi oleh problem psikis, hormon, juga dipengaruhi dukungan suami dan
faktor demografi yaitu umur dan paritas.Tujuan Penelitianini untuk
mengetahui pengaruhdukungansuami,
umurdanparitasterhadapkejadianpost partum blues. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibupostpartum. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling dengan jumlah
43 orang. Analisa data menggunakanuji Chi-squaredenganbataskemaknaan 95%
(P<0,05).Hasil Penelitiandidapatkanadapengaruhdukungansuamiterhadapkejadianpostpartum
bluesdantidakadapengaruhumurdanparitasterhadapkejadianpostpartum blues.
Kata
kunci: DukunganSuami,Umuribu, Paritas, Postpartum Blues.
PENDAHULUAN
Post partum blues adalah keadaan depresi ringan yang umumnya terjadi dalam minggu
pertama atau lebih sesudah melahirkan (Marshal,2004).Post partum Blues merupakan problem psikis sesudah
melahirkan(Sylvia,2006). Gejala postpartum blues
biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat post partum dan memuncak pada hari kelima atau ketujuh sampai keempat
belas pasca partum. Hal ini dapat ditandai dengan perasaan mudah marah, sedih,
perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa,
cenderung mudah menangis, jengkel, perasaan putus asa bahkan sampai ibu merasa
mau tidak mau dalam mengurus bayinya sendiri (Fatimah , 2009).
Prevalensi postpartum blues di USA dan Inggris 76%,Jerman
41%,Jepang 13–26%, dan Italy 30%. Postpartum
blues merupakan tipe depresi yang paling sering terjadi pada 50% - 84%
wanita pasca persalinan (Edhborg, 2008).. Angka
kejadian postpartum blues diIndonesia
antara 50% - 70% padaibu primipara pasca persalinan jika tidak dilakukan perawatan dan
dukungan sosial yang tepat (Hikmah, 2006).
Post partum bluesdipengaruhi oleh problem psikis, perubahanhormon, dukungan keluarga
khususnya suami, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas
mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan faktor sosial
meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011).
Kehamilan dan persalinan pada remaja menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya
postpartum blues. Hal
inidikaitkandengankesiapanremajadalamperubahanperannyasebagaiibu, antara lain
kesiapanfisik, mental, financial dansosial (Henderson, 2006). Penyebablainnyaadalah
pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan
meliputi komplikasi dan persalinan dengan tindakan38,71%, faktor psikologi sebanyak
19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak 16,13%, serta faktor
spiritual sebanyak 9,78% (Setyowati,
2006).
Berdasarkan
studi pendahuluan diRumah Sakit Ibu dan Anak tahun 2013 terdapat 2237 ibupost partum, terdiri dari
1561 (69,78%) persalinan normal, 643 (28,745%)
dengan sectio sesarea, dan 33 (1,46%) denganvakum ekstrasi.
Berdasarkan uraian data di atas, penelititertarik untuk melakukan penelitian tentang: PengaruhDukunganSuami, Usia Dan
ParitasTerhadapKejadianPost Partum Blues Pada Ibu Post Partum Di Ruang Rawat Ibu Rumah
Sakit Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh .
METODEPENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional denganvariabel independen yaitu dukungan sosial, usia, dan paritas serta
variabel dependennya yaitu postpartum
blues. Penelitianinidilakukandi Ruang Rawat
Ibu RSIA Kota Banda Aceh pada tanggal 18 juli sampai 7 agustus 2014.Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 43 orang.Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probabilitas sampel dengan
teknik accidental sampling. Adapun kriteria dalampenelitian ini bersedia menjadi responden, memiliki bayi
dengan selamat, memiliki suami dan keluargadan ibu post partum
dengan riwayat persalinan normal dan SC.
Penelitian ini menggunakan data primerdan data sekunder yang diambil dari buku registerRuangrawatIbu RSIA, kemudian melakukan kunjungan visite home ke rumah untuk mewawancarai responden dengan panduan
kuesioner pada ibu past partum pada hari ke tujuh. Instrument penelitian menggunakan
kuesioner berbentuk chek-list yang
terdiri atas kuesionertentangkarakteristikresponden,
dukungansuamidan alat bantu berupa Edinburgh postnatal depression Scale (EPDS).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. PengaruhDukunganSuamiterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbuPostpartumDi
RuangRawatIbuRumahSakitIbudanAnak Banda Aceh Tahun 2014.
DukunganSuami
|
Kejadian Postpartum Blues
|
Total
|
P – Value
|
||||
Mengalami
|
Tidakmengalami
|
||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
F
|
%
|
0,000
|
|
Mendukung
|
4
|
22,2
92,0
|
14
2
|
77,8
8,0
|
18
25
|
100
100
|
|
Tidak mendukung
|
23
|
Berdasarkan
Tabel 1 menunjukkanbahwa ibu yang tidak mendapat dukungan suami mengalami postpartum blues23 (92,0%) dibandingkan yang
mendapat dukungan suami hanya 4 (22,2%). Setelah dilakukan uji chi-square diperoleh nilai P=0,000, artinya
ada pengaruh dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues.
Tabel. 2. PengaruhUmurIbuterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbu Postpartum Di
RuangRawatIbuRumahSakitIbudanAnakBanda Aceh Tahun 2014.
UsiaIbu
|
Kejadian Postpartum Blues
|
Total
|
P – Value
|
||||
Mengalami
|
Tidakmengalami
|
||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
F
|
%
|
1,000
|
|
Beresiko
Tidak beresiko
|
7
20
|
63,6
62,5
|
4
12
|
36,4
37,5
|
11
32
|
100
100
|
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa umur beresiko mengalami postpartum bluessebanyak7 (63,6%) dibandingkan usia tidak beresiko sebanyak 20 (62,5%). Setelahd ilakukan Uji chi-square diperoleh nilai P=1,000
(P>0,05), artinya tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan kejadian postpartum blues.
Tabel 3. PengaruhParitasIbuterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbu Postpartum Di
RuangRawatIbuRumahSakitibudanAnakTahun 2014.
Paritas
|
Kejadian Postpartum Blues
|
Total
|
P – Value
|
||||
Mengalami
|
Tidakmengalami
|
||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
0,250
|
|
Primipara
|
11
|
78,6
|
3
|
21,4
|
14
|
100
|
|
Multipara/grande multipara
|
16
|
55,2
|
13
|
44,8
|
29
|
100
|
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa paritasprimipara
mengalami
postpartum bluessebanyak11 (78,6%)
dibandingkan paritas multipara/grande
multipara sebanyak 16 (55,2%). Setelah dilakukan Ujichi-square diperolehnilaiP=0,250 (P<0,05), artinya tidak ada hubungan antara paritas ibu
dengan kejadian postpartum blues.
PEMBAHASAN
1.
PengaruhDukunganSuamiterhadapKejadianPostpartum Blues
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu postpartum. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Fatimah (2009) yang menyatakan ada hubungan antara dukungan suami
dengan kejadian postpartum blues. Menurut
Sari (2010) perkawinan merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Seseorang
yang telah memiliki pendamping, dapat dipastikan
akan memberikan dukungan sosial ketika individu dihadapkan pada situasi yang
menekan. Dukungan suami yang diterima akan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi stress yang disebabkan perubahan fisiologis dan psikologis.
Dukungan
suamimerupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang didalamnya terdapat
hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan
tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial
yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian, maupun sense of attachment baik pada keluarga
sosial maupun pasangan.Dukungan suami dapat mengurangi dampak stress dan memperkokoh kesehatan mental individu dan
keluarga. Dukungan suami merupakan strategi coping
penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif
untuk mengurangi stress, maka dukungan suami sangat dibutuhkan oleh
perempuan setelah persalinan (Sari, 2010).
Dukungan suami
yang mendukung akan menurunkan resiko terjadinya postpartum blues. Dukungan yang diberikan suami seperti dukungan
informasi, dukungan instrumental,
penghargaan dan dukungan emosional yang dapat memberikan rasa aman,
nyaman, karena sang suami selalu ada disampingnya, dan selalu membantu
pekerjaannya. Dengan adanya dukungantersebutibuakanmerasalebihpercaya
diridalammenghadapisegalatekananselama proses persalinan dan dalam menghadapi
peran barunya sebagai seorang ibu dalam mengurus dan merawat bayinya (Suherni,
2010). Kurangnya dukungan suami dapat mempengaruhi muncul dan berkembangnya kondisi postpartum blues. Dukungan tersebut di sini berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang intim (Mashall, 2004)..
2.
Pengaruh Umur Ibu terhadap Kejadian Postpartum Blues
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh umur ibu dengan kejadian postpartum blues. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Henderson (2006) yang menyebutkan usia<21
dan>35 tahun lebih beresiko terjadi postpartum
blues.
Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syahrir
(2008) yang menyatakan bahwa umur merupakan factor resiko terhadap kejadian postpartum blues, besar resiko penderita postpartum blues pada umur<20
tahun atau>35 tahun 3,5 kali lebih besar disbanding penderita yang berumur 20-35 tahun.
Namun hal ini sesuai dengan teori Prince dalam Henderson
(2006) yang menyebutkan keadaan krisis situasi, pengalaman yang menyangkut kesiapan menjadi orang tua,
beban peran dalam lingkungan social dapat menimbulkan masalah pada ibu postpartum, termasuk mereka
yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Hikmah (2006) yang menyatakan umur ketika hamil tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kejadian postpartum blues.
Menurut asumsi peneliti, usiaibupadapenelitianinihampir 32 (74,4%)
merupakanusia yangtidak beresikodankemungkinanbesarmerupakankehamilan yang
diinginkan. Ibudenganusiayang tidak beresikocenderungtidakmengalamikomplikasi pada saat persalinansehinggamenurunkan resiko terjadinya postpartum blues. Hal ini dikarenakanusia yang aman akan mempengaruhi kestabilan emosional seseorang
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialaminya.
3.
PengaruhParitasterhadapKejadianPostpartum Blues
Hasilpenelitianmenunjukkantidakadapengaruhparitasdengankejadianpostpartum blues. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Nazara
(2006) yang menyatakan tidak ada hubungan paritas dengan terjadinya postpartum blues. Hasil penelitian ini berbeda
dengan penelitian Syahrir (2009), yang menyatakan bahwa paritas merupakan faktor
risiko terhadap kejadianpostpartum blues,
resikopostpartum bluespadaprimipara
3,6 kali lebihbesardibandingkan multipara.
Wanita yang pertama kali melahirkanlebihseringmengalamipostpartum blues. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam proses adaptasi dan tidak memahami peranbarunya sebagai ibu. Sedangkanbagiwanitayang
sudahbeberapa kali
melahirkansecarapsikologislebihsiapmenghadapikelahiranbayinya (Sudarsono, 2009).
KESIMPULAN
1. Ada pengaruh dukungan suami dengan kejadian postpartum bluespadaibu postpartumdengannilai P = 0,000 (P <0,05).
2. Tidakadapengaruhusiaibudengankejadianpostpartum bluespadaibu postpartum, dimana
diperoleh nilai P = 1,000 (P >0,05).
3. Tidakadapengaruhparitasibudengankejadianpostpartum bluespadaibu postpartum, dimana
diperoleh nilai P=0,250 (P >0,05).
SARAN
1.
Bagi tenaga kesehatan
Untuk dapat melakukan deteksi dini postpartum blues pada ibu postpartum melalui kegiatan kunjungan
rumah selama masa postpartum.
2. Untukpenelitiselanjutnyadapatmelakukanpenelitiandengan menambahkanvariabel sosial ekonomi,
pendidikan, dan status perkawinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2008. Pengaruh
Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Nifas (Studi
Di Ruang Nifas RSUD R.A BosoeniMojokerto).http://dppm.uii.ac.id/dokumen/seminar/2013/F.Dian%20Irawati.pdf.
Diakses tanggal 23 Februari 2014.
Bobak. 2005.Buku Ajar KeperawatanMaternitas.Edisi 4.Alihbahasa: Maria & Peter.EGC:Jakarta
Edhborg. 2008. Comparisons of different instruments to measure blues and to predict depressive symptoms 2 months postpartum:a study of new mothers and fathers. Empirical studies.
Edhborg. 2008. Comparisons of different instruments to measure blues and to predict depressive symptoms 2 months postpartum:a study of new mothers and fathers. Empirical studies.
Fatimah. 2009. Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian
postpartum blues pada Ibu Primipara di ruang Bugenvile RSUD Tugurejo.
UNDIP:Semarang.
Henderson,
Christine. (2006). Buku Ajar
KonsepKebidanan.Jakarta: EGC
Hikmah (dkk).
2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Postpartum Blues padaIbuNifas di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta,
JurnalKebidanandanKeperawatan. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah.
Latifah & Hartati. 2006.
Efektifitas Skala Edinburgh dan
Skala Beck dalam Mendeteksi Resiko Depresi Pos Partum di Rumah Sakit Umum Prof.
DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
The Soedirman Journal of Nursing. http:jurnal.dikti.go.id/jurnal/. 19 Maret 2014.
Manuba, I.B.G. 2007.Pengantarkuliahobstertri.Jakarta:
EGC
Marshall,
F. 2004. Mengatasi Depresi pasca melahirkan. Arcan:Jakarta
Nazara, Y. 2006. EfektivitasPsikoedukasiterhadapPencegahanDepresiPascasalin
(Penelitian di PelayananKesehatanKabupatenNias, Sumatera Utara).Diaksestanggal
13 Agustus 2014 dari :indonesia.digitaljournals.org/index.php/IJOG/article/download/.../954
Nirwana A.B. 2011. Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Nuha
Medika:Yogyakarta
Nursalam.2007.AsuhanKeperawatanpadaPasienTerinfeksi
HIV/AIDS.Jakarta :SalembaMedika
Sari,R.(2010).Strespadaibusaatmerawatanakpertamaditinjaudaridukungansosialsuami.SkripsiFakultasPsikologiUniversitasKatolikSoegijapranata.
Semarang.
Syahrir, S.
2008 FaktorResiko Baby Blues di
RumahSakitBersalin Pertiwi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007.Skripsi.
Program StudiEpidemiologiFakultasKesehatanMasyarakatUniversitasHasanuddin.
Makassar.
Setyowati. 2006.Studi faktor kejadian postpartum blues pada ibu
pasca salin: penelitian deskriptif di ruang bersalin RSU Dr. Soetomo Surabaya.Diambilpadahttp://adln.lib.Unair.Ac/go/php?id=jiptunair-gdl-s1-006-setyowatiu
3147 &node=468& start=31&PHPSESSID. tanggal 11 Maret 2014.
Suherni (dkk). 2010. Perawatan
Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
malam, ka aku boleh minta jurnal lengkap di pdf soalnya aku mau bikin sebagai pendukung skripsi aku.. mohon bantuannya ka :)
BalasHapushalo mba boleh aku minta bahan yang bentuk pdf mba, soalnya aku mau buat makalah gt mba.. makasih yaa
BalasHapus