Selasa, 28 Juni 2016

Salmiani Abdul Manaf dan Irnawati: Volume 3, Nomor 2, Januari-Juni 2016, hal. 39-44

WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT TERHADAP
KADAR HAEMOGLOBIN BAYI BARU LAHIR

Oleh :
Salmiani Abdul Manaf, Irnawati

ABSTRAK
Anemia defisiensi besi merupakan masalah defisiensi nutrient tersering terjadi pada anak diseluruh dunia, terutama negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Kekurangan zat besi selama kehamilan dan persalinan akan meningkatkan risiko kesakitan serta kematian pada bayi1. Penjepitan tali pusat merupakan salah satu tindakan dari manajemen aktif kala tiga. 4,5. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hb bayi baru lahir. Rancangan Penelitian ini merupakan    penelitian  post test-only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir di BPM Jawiriyah pada tahun 2015. Sampel penelitian yaitu bayi baru lahir  pada bulan Mei-Oktober 2015 dengan jumlah 36 bayi, 18  waktu penjepitan 1-59 detik dan 18 waktu penjepitan 60-180 detik. Hasil Penelitian ada perbedaan bermakna antara kadar haemoglobin (HB) pada waktu penjepitan 1-59 detik dan waktu penjepitan 60-180 detik. Hal ini didapat dari hasil uji statistik, yaitu uji t dua sampel saling bebas, dimana didapat nilai p-value adalah sebesar 0.000 yang mana lebih kecil dari nilai alpha 5%. Kadar haemoglobin (HB) untuk waktu penjepitan 60-180 detik lebih besar daripada kadar haemoglobin (HB) dengan waktu penjepitan 1-59 detik. Kesimpulan Terdapat perbedaan bermakna kadar haemoglobin (HB) antara waktu penjepitan tali pusat 1-59 detik dengan waktu penjepitan tali pisat 60-180 detik dengan p-value = 0.000. Disarankan selanjutnya dapat dilakukan penelitian kadar Haematokrit BBL  untuk mendapatkan derajat defisiensi yang lebih spesifik, dan dapat ditetapkan standar prosedur waktu penjepitan tali pusat.

Kata Kunci : Penjepitan tali pusat, Kadar HB, Bayi Baru lahir      

PENDAHULUAN
Anemia defisiensi besi merupakan masalah defisiensi nutrient tersering terjadi pada anak diseluruh dunia, terutama negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa anak anak. Beberapa penyebab diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan,dan percepatan pertumbuhan masa anak anak yang disertai rendahnya asupan besi. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku, dan pertumbuhan seorang bayi. Kekurangan zat besi selama kehamilan dan persalinan akan meningkatkan risiko kesakitan serta kematian pada bayi1.
Proses persalinan  merupakan masa transisi dari fetus ke bayi, fase ini merupakan bagian yang penting dari proses tumbuh kembang anak. Selama periode intra uteri, oksigenasi otak fetus disuplay oleh  plasenta, setelah bayi lahir peran tersebut diambil alih oleh paru paru bayi. Peralihan peran oksigenasi dari plasenta ke paru paru bayi terjadi pada masa setelah bayi lahir dan sebelum plasenta dilahirkan. Pada masa ini oksigenasi bayi melalui plasenta masih berlanjut, darah masih ditransfusikan ke bayi (transfusi plasental). Hal ini dapat mempengaruhi kadar haemoglobin (Hb), haematokrit (Ht), menambah volume eritrosit, mencegah hipovolemi dan hipotensi pada bayi baru lahir, sehingga otak bayi tetap mendapat suplai oksigen yang cukup. Intervensi pada masa transisi ini dapat menurunkan volume darah pada neonatus sekitar 25-40%. Setelah paru-paru bayi mengambil peranan ini, peran oksigenasi plasenta berhenti, pembuluh darah talipusat menutup namun  oksigenasi otak tidak sampai berhenti2,3
Penjepitan dan pemotongan tali pusat memegang peranan penting dalam menentukan kecukupan zat besi pada bayi baru lahir. Kontroversi saat memotong talipusat yang tepat dan manfaat untuk bayi baru lahir masih menjadi perdebatan para ahli dan menunda pemotongan tali pusat masih dianggap suatu tindakan yang berbahaya pada manajemen aktif kala tiga, beberapa penelitian membuktikan berbagai manfaat menunda pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir baik dari segi mencegah anemia maupunpengaruh jangka panjang untuk perkembangan selanjutnya dari bayi baru lahir.3,4
Penjepitan tali pusat merupakan salah satu tindakan dari manajemen aktif kala tiga. Kapan waktu penjepitan tali pusat ini tidak pernah disebutkan konsensus pasti. Pengertian segera memotong tali pusat mengacu kepada waktu dari bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali pusat, yaitu  1 menit. Menunda penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat adalah waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali pusat diperkirakan 2 – 3 menit atau sampai tidak ada denyut ditali pusat.4,5 Definisi penundaan pengikatan tali pusat  bervariasi diantara beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Mcdonnel tahun 1997 menyebutkan waktu penundaan adalah 31 detik, menurut Rabe tahun 2000 adalah selama 45 detik, dan menurut Hoffmeyr tahun 1993 adalah selama 60 sampai 120 detik.
Sampai saat ini waktu yang tepat untuk menunda penjepitan tali pusat masih diperdebatkan oleh beberapa ahli. Penundaan penjepitan tali pusat dapat menyediakan tambahan darah sebanyak 80-100 ml pada bayi baru lahir.4  Penundaan waktu penjepitan tali pusat sekitar 2-3 menitdapat memberikan redistribusi darah diantara plasenta dan bayi, memberikan bantuan placental transfusion yang didapatkan oleh bayi sebanyak 35-40 ml/kg dan mengandung 75 mg zat besi sebagai hemoglobin, yang mencukupi kebutuhan zat besi bayi pada 3bulan pertama kehidupannya. Sebaliknya penjepitan tali pusat secara dini (kurang lebih10-15 detik setelah kelahiran) dapat menghalangi sebagian besar jumlah zat besi yangmasuk ke dalam tubuh bayi. Penundaan penjepitan tali pusat juga dapat meningkatkan penyimpanan zat besi saat lahir sehingga dapat mencegah terjadinya anemia defisiensi besi.6

METODE PENELITIAN  
Penelitian ini adalah  penelitian  posttest-only control group design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hb bayi baru lahir. Tempat penelitian ini dilakukan di Bidan praktek mandiri Jawiriyah Kota banda Aceh dengan periode waktu selama 6 bulan antara bulan Mei sampai Oktober 2015. Sampel penelitian adalah bayi baru lahir di BPM Jawiriyah  priode bulan Mei-Oktober 2015 dengan kriteria inklusi: Bayi baru lahir; tidak asfiksia; berat lahir normal  (≥ 2500  s.d. < 4.000 g), kehamilan tunggal, spontan ,umur kehamilan aterm, persalinan pervaginam,  Ibu : tidak menderita diabetes melitus (anamnesis), hipertensi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg), pre-eklamsi/ eklamsi, perdarahan ante partum/ solutio plasenta dan inersia/ atonia uteri .  Orang tua bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria eksklusi  :   Setelah bayi lahir tiba-tiba terjadi perdarahan pada ibu yang banyak (perdarahan post partum), Kelainan plasenta (infark dengan cara visual, hematom),   bayi dengan Ikterus, sindrom down dan kelainan kongenital berat.
Besar subyek penelitian menggunakan Rumus besar subyek penelitian untuk uji hipotesis terhadap rerata 2 populasi. Apabila zα=1,96, zβ=0,842, δ= simpang baku kadar Hb pada bayi baru lahir = 5.   X1 adalah rerata kadar Hb pada bayi baru lahir yang dilakukan penjepitan tali pusat 1-59 detik  setelah lahir dan X2 adalah rerata kadar Hb pada bayi baru lahir yang dilakukan penjepitan tali pusat 60 detik setelah lahir. Beda  X1 dan X2 atau (X1-X2) ditetapkan sebesar = 5.  Besar subyek penelitian adalah : 
Dengan mempertimbangkan kemungkinan drop out, ditetapkan besar subyek untuk masing-masing kelompok penelitian = 18 subyek, sehingga total = 36 subyek. 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Kadar haemoglobin (HB) pada bayi baru lahir berdasarkan lama   
              penjepitan tali pusat.

Waktu
N
Rerata
(gram/dl)
SD
(gram/dl)
Maksimal
(gram/dl)
Minimal
(gram/dl)
1-59 detik
18
16.47
1.26
18,7
14
60-180 detik
18
18.79
0.97
20,2
17,1

            Berdasarkan tabel datas dapat dilihat bahwa penelitian dilakukan pada 36 subyek bayi baru lahir, dibedakan menjadi dua kelompok yang terdiri dari 18 bayi baru lahir dengan waktu penjepitan antara 1 sampai 59 detik dan 18 bayi baru lahir dengan waktu penjepitan antara 60 sampai 180 detik. Hasil rata-rata kadar haemoglobin yang didapat adalah 16.47 gram/dl, waktu penjepitan dibawah 1 menit dan 18.79 gram/dl untuk waktu penjepitan antara 1 sampai 3 menit dengan standar deviasi masing-masing adalah 1.2 gram/dl dan 0.97gram/dl
Tabel 2. Perbedaan kadar haemoglobin (HB) antara waktu penjepitan 1-59  detik dengan 60-180 detik.


Waktu
N
Rerata
(gram/dl)
SD
(gram/dl)
P-value
1-59 detik
18
16.47
1.26
0.000
60-180 detik
18
18.79
0.97
            Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara kadar haemoglobin  pada waktu penjepitan 1-59 detik dan waktu penjepitan 60-180 detik. Hal ini didapat dari hasil uji statistik, yaitu uji t dua sampel saling bebas, dimana didapat nilai p-value adalah sebesar 0.000.
            Berdasarkan analisa statistik menggunakan uji-t terhadap dua kelompok menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara kelompok waktu penjepitan tali pusat 1-59 detik dan kelompok waktu penjepitan tali pusat 60-180 detik dengan p-value sebesar 0.000. Hasil rata-rata kadar haemoglobin yang didapat adalah 14.47 gram/dl, pada penjepitan tali pusat 1-59 detik dan 18.79 gram/dl untuk waktu penjepitan tali pusat 60-180 detik. Standar deviasi masing-masing adalah 1.26 gram/dl dan 0.97 gram/dl. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu penjepitan tali pusat makan akan semakin menaikkan kadar haemoglobin (HB) pada bayi baru lahir .
            Hasil penelitian ini sesui dengan penelitian sebelumnya yang memberikan batasan; nilai normal Hb bayi baru lahir dengan usia kehamilan  > 34 minggu adalah 14 – 20 gram/dl, dengan nilai ratarata 17 gram/dl. Nilai Hb bayi baru lahir pada kehamilan aterm 19,3 ± 2,2 gram/dl. Beberapa jam pertama kehidupan terjadi peningkatan konsentrasi Hb. Peningkatan ini terutama terjadi akibat transfusi plasental selama proses persalinan. Pada jam-jam pertama kehidupan, plasma meninggalkan sirkulasi. Total volume darah pada bayi menyesuaikan segera setelah bayi lahir, terjadi penurunan volume plasma, sementara eritrosit tetap11. juga berpendapat, nilai hemoglobin bayi sehat aterm tidak berubah secara signifikan sampai minggu ke-3 kehidupan, pada usia 8 – 12 minggu kemudian turun sampai 11 gram/dl11.
            Di dalam plasenta diperkiraan mengandung sejumlah 75 – 125 cc darah saat lahir, atau kurang lebih 1/4 sampai 1/3 volume darah fetus. Kurang lebih 1/3 darah plasenta ditransfusikan dalam waktu 15 detik pertama setelah lahir dan setengahnya dalam 1 menit pertama setelah lahir. Sebagian besar bayi sehat mendapatkan transfusi plasental dengan jumlah yang besar dalam 45 detik setelah lahir.   Volume darah bayi meningkat pada penjepitan tali pusat tunda dibandingkan dengan penjepitan tali pusat dini.  Rata-rata volume darah saat satu setengah jam setelah lahir pada bayi dengan penjepitan dini 78 ml/kg BB dibanding 98,6 ml/kgBB pada bayi dengan penjepitan tunda     8.
            Penudaan penjepitan tali pusat memberikan kesempatan aliran darah dan oksigen dari plasenta ke bayi. Peristiwa tersebut telah  terjadi sejak dalam kandungan (baby’s lifeline),  yang berfungsi sebagai penyuplai darah,oksigenasi, menfasilitasi perfusi paru dan mendukung transisi bayi menuju pernafasannya sendiri dengan efektif.  
            Sementara itu, penjepitan tali pusat tunda dapat menfasilitasi lebih banyak  darah plasenta ke bayi, sehingga dapat menyebabkan kejadian polisitemia. Polisitemia pada bayi baru lahir didefinisikan sebagai peningkatan kadar Ht > 65%. Polisitemia dihubungkan peningkatan jumlah eritrosit dalam pembuluh darah dan sering dihubungkan dengan kelainan/ gangguan pada neonatus.  Pada keadaan bahaya polisitemia mengancam, maka penjepitan tali pusat dini dapat melindungi bayi-bayi dengan risiko tinggi terjadinya polisitemia tersebut14

Kesimpulan
             Hasil rata-rata kadar haemoglobin yang didapat untuk waktu penjepitan    1-59 detik adalah 16.47%.  Hasil rata-rata kadar haemoglobin yang didapat untuk waktu penjepitan   60-180 detik adalah 18.79% Terdapat perbedaan bermakna kadar haemoglobin (HB) antara waktu penjepitan tali pusat 1-59 detik dengan waktu penjepitan tali pisat 60-180 detik dengan p-value = 0.000.



DAFTAR PUSTAKA

Windiastuti E. 2015. Indonesian pediatric society. IDAI
Kosim MS.Mencegah gejala sisa.Dalam:Seminar dan Pelatihan di Bidang   Perinatologi “Tata Taksana Masa Kini Persalinan Prematur dan BBLR”.Bandung;2005.
Philip AGS dan Saigal S.When Should We Clamp the Umbilical Cord?.Neo Reviews  2004;5: e142-e154.
SG, Niebyl JR, Simpson JL. Fetal Physiology in : Obstetrics Normal and Problem Pregnancies, 5th Editon. Churchill Livingstone Elsevier. 2007
Mercer JS,  Debra EO. Delayed cord clamping increases infants iron stores. The Lancet 2006; Vol 367.
Pan American Health Organization. Beyond Survival: Integrated delivery care practices for long-term maternal and infant nutrition, health and development. Washington, D.C.: PAHO 2007.
Morley GM. Lost Causes and Side Effects: The Neurological Damage Caused by Immediate Cord Clamping is Irreversible. 2001. Diunduh dari : http://www.cordclamping.com/morley2.htm
Mercer JS, Nelson CC dan Skovgaard RL. Umbilical cord clamping: beliefs and  practices of american nurse-midwives. Jaurnal of Midwifery & Women’s  Health 2000;45:58-66
Budjang RF.Penanggulangan bayi (neonatus ). Dalam:Wiknjosastro H, Saifuddin AB, dan Rachimhadi T, penyunting. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005.h.247-63
Hutton E Kdan Hassan E  S. Late vs Early Clamping of the Umbilical Cord in Full-term        Neonates. Systematic Review and Meta-analysis of Controlled Trials. JAMA.2007;297:       1241-1252 
Oski FA, Naiman JL. Normal Blood values in the newborn period. Dalam: Hematologic    problems in the newborn.Edisi kedua. Philadelphia: W.B.Saunders;1996.h.1-30
Peevy KJ. Blood abnormalities. Dalam : Gomella TL, penyunting. Neonatology :  management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs.Edisi ke-4. New York: McGraw-Hill;1999.h.314-34
Ringoringo HP.Pendekatan diagnostik status besi bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan        di banjarbaru: saat terbaik pemberian suplementasi zat besi (disertasi). Jakarta: Fakultas       Kedokteran Universitas Indonesia,2008.
Gupta G dan Wilson CG. Polycythemia in neonate. Dalam : Lokeshar MR, Penyunting.   Textbook of neonatal hematology-onkology.Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers   Medical Publishers; 2003.h.118-25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar