Selasa, 28 Juni 2016

Gustiana: Volume 3, Nomor 2, Januari-Juni 2016, hal. 25-30

PENGARUH DUKUNGAN SUAMI, UMUR DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU POST PARTUM DI RUANG RAWAT IBU RS IBU DAN ANAK  BANDA ACEH

Oleh:
Gustiana

ABSTRAK
Persalinanmerupakanperistiwa penting yang sangat dinantikan oleh ibu.Sebagian ibuberhasil menyesuaikan diri, namunsebagian lagi tidak berhasildan mengalami gangguan psikologis seperti merasa sedih, jengkelmudah marah, sedih, perasaan kesepian, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupadanputus asa. Perasaan itulah yang membuat ibu malas mengurus bayinya.Hal inisangatdipengaruhi oleh problem psikis, hormon, juga dipengaruhi dukungan suami dan faktor demografi yaitu umur dan paritas.Tujuan Penelitianini untuk mengetahui pengaruhdukungansuami, umurdanparitasterhadapkejadianpost partum blues. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibupostpartum. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling dengan jumlah 43 orang. Analisa data menggunakanuji Chi-squaredenganbataskemaknaan 95% (P<0,05).Hasil Penelitiandidapatkanadapengaruhdukungansuamiterhadapkejadianpostpartum bluesdantidakadapengaruhumurdanparitasterhadapkejadianpostpartum blues.

Kata kunci: DukunganSuami,Umuribu, Paritas, Postpartum Blues.

PENDAHULUAN
Post partum blues adalah keadaan depresi ringan yang umumnya terjadi dalam minggu pertama atau lebih sesudah melahirkan (Marshal,2004).Post partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan(Sylvia,2006). Gejala postpartum blues biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat post partum dan memuncak pada hari kelima atau ketujuh sampai keempat belas pasca partum. Hal ini dapat ditandai dengan perasaan mudah marah, sedih, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih, pelupa, cenderung mudah menangis, jengkel, perasaan putus asa bahkan sampai ibu merasa mau tidak mau dalam mengurus bayinya sendiri (Fatimah , 2009).
Prevalensi postpartum blues di USA dan Inggris 76%,Jerman 41%,Jepang 13–26%, dan Italy 30%. Postpartum blues merupakan tipe depresi yang paling sering terjadi pada 50% - 84% wanita pasca persalinan (Edhborg, 2008).. Angka kejadian postpartum blues diIndonesia antara 50% - 70% padaibu primipara pasca persalinan jika tidak dilakukan perawatan dan dukungan sosial yang tepat (Hikmah, 2006).
Post partum bluesdipengaruhi oleh problem psikis, perubahanhormon, dukungan keluarga khususnya suami, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, menyusui, memandikan, mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011). Kehamilan dan persalinan pada remaja menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Hal inidikaitkandengankesiapanremajadalamperubahanperannyasebagaiibu, antara lain kesiapanfisik, mental, financial dansosial (Henderson, 2006). Penyebablainnyaadalah pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan meliputi komplikasi dan persalinan dengan tindakan38,71%, faktor psikologi sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak 16,13%, serta faktor spiritual sebanyak 9,78%  (Setyowati, 2006).
Berdasarkan studi pendahuluan diRumah Sakit Ibu dan Anak tahun 2013 terdapat 2237 ibupost partum, terdiri dari 1561 (69,78%) persalinan normal, 643 (28,745%) dengan sectio sesarea, dan 33 (1,46%) denganvakum ekstrasi.
Berdasarkan uraian data di atas, penelititertarik untuk melakukan penelitian tentang: PengaruhDukunganSuami, Usia Dan ParitasTerhadapKejadianPost Partum Blues Pada Ibu Post Partum Di Ruang Rawat Ibu Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kota Banda Aceh  .

METODEPENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional denganvariabel independen yaitu dukungan sosial, usia, dan paritas serta variabel dependennya yaitu postpartum blues. Penelitianinidilakukandi Ruang Rawat Ibu RSIA Kota Banda Aceh pada tanggal 18 juli sampai 7 agustus 2014.Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 43 orang.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah non probabilitas sampel dengan teknik accidental sampling. Adapun kriteria dalampenelitian ini bersedia menjadi responden, memiliki bayi dengan selamat, memiliki suami dan keluargadan ibu post partum dengan riwayat persalinan normal dan SC.
Penelitian ini menggunakan data primerdan data sekunder yang diambil dari buku registerRuangrawatIbu RSIA, kemudian melakukan kunjungan visite home ke rumah untuk mewawancarai responden dengan panduan kuesioner pada ibu past partum pada hari ke tujuh. Instrument penelitian  menggunakan kuesioner berbentuk chek-list yang terdiri atas kuesionertentangkarakteristikresponden, dukungansuamidan alat bantu berupa Edinburgh postnatal depression Scale (EPDS).

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.     PengaruhDukunganSuamiterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbuPostpartumDi RuangRawatIbuRumahSakitIbudanAnak Banda Aceh Tahun 2014.

DukunganSuami
Kejadian Postpartum Blues
Total
P – Value
Mengalami
Tidakmengalami
f
%
f
%
F
%
0,000
Mendukung
4
22,2
92,0
14
2
77,8
8,0
    18
25
100
100
Tidak mendukung
23

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkanbahwa ibu yang tidak mendapat dukungan suami mengalami postpartum blues23 (92,0%) dibandingkan yang mendapat dukungan suami hanya 4 (22,2%). Setelah dilakukan uji chi-square diperoleh nilai P=0,000, artinya ada pengaruh dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues.




Tabel. 2. PengaruhUmurIbuterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbu Postpartum Di RuangRawatIbuRumahSakitIbudanAnakBanda Aceh Tahun 2014.

UsiaIbu
Kejadian Postpartum Blues
Total
P – Value
Mengalami
Tidakmengalami
f
%
f
%
F
%
1,000
Beresiko
Tidak beresiko
7
20
63,6
62,5
4
12
36,4
37,5
11
32
100
100
    
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa umur beresiko mengalami postpartum bluessebanyak7 (63,6%) dibandingkan usia tidak beresiko sebanyak 20 (62,5%). Setelahd ilakukan Uji chi-square diperoleh nilai P=1,000 (P>0,05), artinya tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan kejadian postpartum blues.       

Tabel 3. PengaruhParitasIbuterhadapKejadianPostpartum BluesPadaIbu Postpartum Di RuangRawatIbuRumahSakitibudanAnakTahun 2014.

Paritas
Kejadian Postpartum Blues
Total
P – Value
Mengalami
Tidakmengalami
f
%
f
%
f
%
0,250
Primipara
11
78,6
3
21,4
14
100
Multipara/grande multipara
16
55,2
13
44,8
29
100
Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa paritasprimipara mengalami postpartum bluessebanyak11 (78,6%) dibandingkan paritas multipara/grande multipara sebanyak 16 (55,2%). Setelah dilakukan Ujichi-square diperolehnilaiP=0,250 (P<0,05), artinya tidak ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian postpartum blues.

PEMBAHASAN
1.      PengaruhDukunganSuamiterhadapKejadianPostpartum Blues
               Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh dukungan suami dengan kejadian postpartum blues pada ibu postpartum. Hasil penelitian ini sesuai dengan Fatimah (2009) yang menyatakan ada hubungan antara dukungan suami dengan kejadian postpartum blues. Menurut Sari (2010) perkawinan merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Seseorang yang telah memiliki pendamping,  dapat dipastikan akan memberikan dukungan sosial ketika individu dihadapkan pada situasi yang menekan. Dukungan suami yang diterima akan meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi stress yang disebabkan perubahan fisiologis dan psikologis.
Dukungan suamimerupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian, maupun sense of attachment baik pada keluarga sosial maupun pasangan.Dukungan suami dapat mengurangi dampak stress dan  memperkokoh kesehatan mental individu dan keluarga. Dukungan suami merupakan strategi coping penting pada saat mengalami stress dan berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress, maka dukungan suami sangat dibutuhkan oleh perempuan setelah  persalinan (Sari, 2010).
               Dukungan suami yang mendukung akan menurunkan resiko terjadinya postpartum blues. Dukungan yang diberikan suami seperti dukungan informasi, dukungan instrumental,  penghargaan dan dukungan emosional yang dapat memberikan rasa aman, nyaman, karena sang suami selalu ada disampingnya, dan selalu membantu pekerjaannya. Dengan adanya dukungantersebutibuakanmerasalebihpercaya diridalammenghadapisegalatekananselama proses persalinan dan dalam menghadapi peran barunya sebagai seorang ibu dalam mengurus dan merawat bayinya (Suherni, 2010). Kurangnya dukungan suami dapat mempengaruhi muncul dan berkembangnya kondisi postpartum blues. Dukungan tersebut di sini berupa perhatian, komunikasi dan hubungan emosional yang intim (Mashall, 2004)..
         
2.      Pengaruh Umur Ibu terhadap Kejadian Postpartum Blues
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh umur ibu dengan kejadian postpartum blues. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Henderson (2006) yang menyebutkan usia<21 dan>35 tahun lebih beresiko terjadi postpartum blues. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Syahrir (2008) yang menyatakan bahwa umur merupakan factor resiko terhadap kejadian postpartum blues, besar resiko penderita postpartum blues pada umur<20 tahun atau>35 tahun 3,5 kali lebih besar disbanding penderita yang berumur 20-35 tahun.
Namun hal ini sesuai dengan teori Prince dalam Henderson (2006) yang menyebutkan keadaan krisis situasi, pengalaman yang menyangkut kesiapan menjadi orang tua, beban peran dalam lingkungan social dapat menimbulkan masalah pada ibu postpartum, termasuk mereka yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Hikmah (2006) yang menyatakan umur ketika hamil tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kejadian postpartum blues.
Menurut asumsi peneliti, usiaibupadapenelitianinihampir  32 (74,4%)  merupakanusia yangtidak beresikodankemungkinanbesarmerupakankehamilan yang diinginkan. Ibudenganusiayang tidak beresikocenderungtidakmengalamikomplikasi pada saat persalinansehinggamenurunkan resiko terjadinya postpartum blues. Hal ini dikarenakanusia yang aman akan mempengaruhi kestabilan emosional seseorang dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialaminya.



3.      PengaruhParitasterhadapKejadianPostpartum Blues
Hasilpenelitianmenunjukkantidakadapengaruhparitasdengankejadianpostpartum blues. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian Nazara (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan paritas dengan terjadinya postpartum blues. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Syahrir (2009), yang menyatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadianpostpartum blues, resikopostpartum bluespadaprimipara 3,6 kali lebihbesardibandingkan multipara.
Wanita yang pertama kali melahirkanlebihseringmengalamipostpartum blues. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam proses adaptasi dan tidak memahami peranbarunya sebagai ibu. Sedangkanbagiwanitayang sudahbeberapa kali melahirkansecarapsikologislebihsiapmenghadapikelahiranbayinya (Sudarsono, 2009).

KESIMPULAN
1.      Ada pengaruh dukungan suami dengan kejadian postpartum bluespadaibu postpartumdengannilai P = 0,000 (P <0,05).
2.      Tidakadapengaruhusiaibudengankejadianpostpartum bluespadaibu postpartum, dimana diperoleh nilai P = 1,000  (P >0,05).
3.      Tidakadapengaruhparitasibudengankejadianpostpartum bluespadaibu postpartum, dimana diperoleh nilai P=0,250 (P >0,05).

SARAN
1.      Bagi tenaga kesehatan
Untuk dapat melakukan deteksi dini postpartum blues pada ibu postpartum melalui kegiatan kunjungan rumah selama masa postpartum.
2.      Untukpenelitiselanjutnyadapatmelakukanpenelitiandengan menambahkanvariabel  sosial ekonomi, pendidikan, dan status perkawinan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Pengaruh Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Nifas (Studi Di Ruang Nifas RSUD R.A BosoeniMojokerto).http://dppm.uii.ac.id/dokumen/seminar/2013/F.Dian%20Irawati.pdf. Diakses tanggal 23 Februari 2014.
Bobak. 2005.Buku Ajar KeperawatanMaternitas.Edisi 4.Alihbahasa: Maria & Peter.EGC:Jakarta
Edhborg. 2008. Comparisons of different instruments to measure blues and to predict depressive symptoms 2 months postpartum:a study of new mothers and fathers. Empirical studies.
Fatimah. 2009. Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian postpartum blues pada Ibu Primipara di ruang Bugenvile RSUD Tugurejo. UNDIP:Semarang.
Henderson, Christine. (2006). Buku Ajar KonsepKebidanan.Jakarta: EGC
Hikmah (dkk). 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postpartum Blues padaIbuNifas di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, JurnalKebidanandanKeperawatan. Yogyakarta: STIKES Aisyiyah.
Latifah & Hartati. 2006.  Efektifitas Skala Edinburgh dan Skala Beck dalam Mendeteksi Resiko Depresi Pos Partum di Rumah Sakit Umum Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. http:jurnal.dikti.go.id/jurnal/. 19 Maret 2014.
Manuba, I.B.G. 2007.Pengantarkuliahobstertri.Jakarta: EGC
Marshall, F. 2004. Mengatasi Depresi pasca melahirkan. Arcan:Jakarta
Nazara, Y. 2006. EfektivitasPsikoedukasiterhadapPencegahanDepresiPascasalin (Penelitian di PelayananKesehatanKabupatenNias, Sumatera Utara).Diaksestanggal 13 Agustus 2014 dari :indonesia.digitaljournals.org/index.php/IJOG/article/download/.../954
Nirwana A.B. 2011. Psikologi Ibu Bayi dan Anak. Nuha Medika:Yogyakarta
Nursalam.2007.AsuhanKeperawatanpadaPasienTerinfeksi HIV/AIDS.Jakarta :SalembaMedika
Sari,R.(2010).Strespadaibusaatmerawatanakpertamaditinjaudaridukungansosialsuami.SkripsiFakultasPsikologiUniversitasKatolikSoegijapranata. Semarang.
Syahrir, S. 2008 FaktorResiko Baby Blues di RumahSakitBersalin Pertiwi Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007.Skripsi. Program StudiEpidemiologiFakultasKesehatanMasyarakatUniversitasHasanuddin. Makassar.
Setyowati. 2006.Studi faktor kejadian postpartum blues pada ibu pasca salin: penelitian deskriptif di ruang bersalin RSU Dr. Soetomo Surabaya.Diambilpadahttp://adln.lib.Unair.Ac/go/php?id=jiptunair-gdl-s1-006-setyowatiu 3147 &node=468& start=31&PHPSESSID. tanggal 11 Maret 2014.
Sudarsono.DepresiPost Partum, http://klinis.wordpress.comdiaksestgl 11 Agustus 2014.
Suherni (dkk). 2010. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Sylvia. 2006. Depresi Pasca Persalinan. FK UI:Jakarta

2 komentar:

  1. malam, ka aku boleh minta jurnal lengkap di pdf soalnya aku mau bikin sebagai pendukung skripsi aku.. mohon bantuannya ka :)

    BalasHapus
  2. halo mba boleh aku minta bahan yang bentuk pdf mba, soalnya aku mau buat makalah gt mba.. makasih yaa

    BalasHapus