HUBUNGAN
TINDAKAN IBU TENTANG PERTUMBUHAN GIGI TETAP DENGAN TERJADINYA GIGI BERJEJAL
PADA MURID SDN 50 LAMLAGANG BANDA ACEH TAHUN 2016
Oleh :
Ratna Wilis
ABSTRAK
Gigi berjejal merupakan keadaan dimana gigi
berdesak-desakan dalam rongga mulut karena rahang kecil sehingga tidak cukup
menampung gigi. Berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan oleh peneliti di
SDN 50 Lamlagang 20 siswa yang terdiri
dari kelas I sampai dengan kelas IV 18 orang diantaranya mengalami gigi
berjejal sedangkan 2 lainya dengan susunan gigi yang normal dan berdasarkan
hasil wawancara dari 10 orang tua murid 6 diantaranya tidak mengobservasi
adanya gigi yang goyang pada anaknya.Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap dengan terjadinya
gigi berjejal. Metode penelitian ini
bersifat analitik, penelitian dilaksanakan di SDN 50 Lamlagang dari tanggal 14
sampai 17 maret 2016. Sample
83 orang murid dan Ibu sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara dan pemeriksaan langsung pada responden. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi
tetap dengan katagori baik sebanyak 56
orang (67,5%) sedangkan 27 orang (32,5%) dengan katagori kurang baik.
Status gigi berjejal didapatkan dengan
kriteria mengalami gigi berjejal sebanyak 39 orang (47%) dan yang tidak
mengalami gigi berjejal sebanyak 44 orang (53%). Maka dapat disimpulkan, Ha
diterima dimana ada hubungan antara tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi
dengan terjadinya gigi berjejal pada murid SDN 50 Lamlagang Banda Aceh tahun
2016. Diharapkan Kepada Ibu agar lebih meningkatkan pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pada anak, diharapkan bagi pihak sekolah untuk dapat merencanakan
kegiatan UKGS dan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkat kinerja
dibidang promosi kesehatan.
Kata Kunci : Gigi
Berjejal, Tindakan Ibu Tentang Pertumbuhan Gigi
PENDAHULUAN
Undang-undang
kesehatan no.36 tahun 2009 pasal 46 dan pasal 47 yang menyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitating yang
dilaksanakan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan (Depkes RI,2009).
Keluarga
merupakan lingungan pertama dan utama bagi anak dan mempunyai pengaruh besar.
Haryoko (1997:2) berpendapat bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai
stimulans dalam perkembangan anak. Orang tua mempunyai peranan yang sangat
besar dalam pembentukan kepribadian anak (Hidayati,2013).
Orang
tua merupakan pendidik yang paling utama, guru serta teman sebaya yang merupakan
lingkungan kedua bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978) yang
menggungkapkan bahwa orang yang paling penting bagi anak adalah orang tua, guru
dan teman sebaya dari merekalah anak mengenal sesuatu yang baik ataupun tidak
baik (Hidayati, 2013).
Orang
tua khususnya Ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status
kesehatan bagi anak-anak mereka. Ibu merupakan tokoh kunci dalam keluarga.
Posisi wanita sangat menentukan kesehatan keluarga, bagi pasien yang masih muda
biasanya alasan mengenai tuntutan pelayanan kesehatan giginya berasal dari
anjuran yang diberikan oleh dokter gigi keluarga atau dengan dokter gigi
anak-anak dan keikut sertaan ibunya (Dewi,2007).
Ibu
memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan Ibu dari anak-anaknya. Figur
pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu perilaku
dapat dicontoh oleh sang anak. Pengetahuan Ibu tentang kesehatan gigi sangat
menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Namun ‘Tahu’ saja tidak cukup,
perlu diikuti dengan ‘Peduli’ dan ‘Bertindak’(Mozartha, 2001).
Dalam
pertumbuhan gigi anak diperlukan perhatian dan pengetahuan Ibu yang lebih
mengenai periode dan transisi atau waktu bercampurnya gigi susu dan gigi tetap.
Tanggalnya gigi susu selama ini sering diabaikan. Karena beranggapan akan
diganti oleh gigi tetap. Tanggalnya gigi secara prematur dapat berpengaruh
terhadap tumbuh kembangnya gigi tetap, sebaliknya gigi susu yang bertahan lebih
lama dari yang seharusnya, juga menyebabkan gangguan pada erupsi atau
pertumbuhan gigi tetap. Hal ini mengakibatkan gigi tetap erupsi pada tempat
yang tidak seharusnya (Pratiwi,2007).
Menurut
salika (2008) pergantian gigi susu ke gigi tetap pertama kali dimulai kurang
lebih pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia kurang lebih 12 tahun. Salah
satu tanda gigi tetap akan tumbuh umumnya didahului oleh goyangnya gigi susu.
Hal ini karena akar gigi susu jadi pendek akibat dorongan proses keluarnya gigi
tetap (reabsorbsi).
Memasuki
usia sekolah, gigi tetap anak mulai tumbuh sehingga didalam rongga mulut anak
terjadi pertumbuhan gigi campuran, yaitu gigi susu dan gigi tetap. Kondisi ini
sangat rawan karena kemungkinan terjadi pertumbuhan yang tidak normal. Tidak
normalnya pertumbuhan gigi secara tidak langsung dapat menyebabkan kelainan.
Para ahli umum menyatakan bahwa susunan gigi yang tidak teratur(berjejal) akan
sulit dibersihkan sehingga akan mudah melekatnya makanan yang mengakibatkan
mudah terjadinya karies. Kebersihan gigi dan mulut mempunyai peranan penting
dalam menjaga mempertahankan kesehatan gigi dan jaringan disekitarnya.
Kebersihan gigi dan mulut yang jelek dpat menyebabkan terjadi kerusakan pada
gigi dalam pertumbuhan gigi (Mahfoedz,2008).
Gigi
berjejal merupakan keadaan dimana gigi berdesak-desak dalam rongga mulut karena
rahang yang kecil sehingga tidak cukup menampung gigi atau sebaliknya ukuran
gigi yang terlalu besar sehingga posisi gigi menjadi berdesak atau berjejal.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi khususnya periode transisi pergantian
gigi sulung ke gigi permanen banyak
faktor langsung yang mempengaruhi pertumbuhan gigi yang menyebabkan gigi
berjejal antara lain, gigi susu yang tanggal sebelum waktunya, gigi yang tidak
tumbuh/tidak ada, gigi yang berlebih, tanggalnya gigi tetap, gigi susu tidak
tanggal dan kebiasaan buruk yang dilakukan anak(Maulani,2006).
Hasil
riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2010. Menunjukan prevalensi maloklusi
sebesar 60,5% dengan kebutuhan perawatan ortodonti sebesar 23%. Menurut studi
epideminologi yang dilakukan pada remaja dilaporkan 11% remaja umur 12-17 tahun
mempunyai oklusi normal dan 34,8%
mempunyai oklusi ringan (Nazirah,2013).
Berdasarkan
laporan yang diperoleh dari puskesmas Kuta Alam kota Banda Aceh didapati hasil
pasien yang berkunjung selama tahun 2013 dengan kasus gigi berjejal atau
persistensi anak usia 6-14 tahun berjumlah 461 orang dengan rata-rata kunjungan
pasien 38 orang perbulan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2013.
Berdasarkan
hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh peneliti di SDN 50 Lamlagang Banda
Aceh tahun 2016 dari 20 siswa yang diperiksa diantaranya 5 orang siswa kelas I,
5 orang kelas II, 5 orang kelas III, dan 5 orang siswa kelas IV 18 diantaranya
mengalami gigi berjejel sedangkan 2 lainya dengan susunan gigi yang normal. Dan
berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang tua murid SDN 50 Banda Aceh 6
diantaranya tidak pernah mengobservasi adanya gigi goyang pada anak dan juga
anak tidak pernah dibawa ke rumah sakit ataupun ke puskesmas untuk memeriksakan
gigi anaknya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap dengan terjadinya
gigi berjejal pada murid SDN 50 Lamlagang Banda Aceh tahun 2016”.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian ini bersifat analitik yaitu mengetahui hubungan tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap dengan
terjadinya gigi berjejal pada murid SDN
50 Lamlagang Banda Aceh tahun 2016.
Penelitian
ini bersifat analitik, analisa data dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Analisa
univariat
Analisa
univariat digunakan untuk melihat gambaran setiap variabel independen yaitu
tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap serta variabel dependen yaitu gigi
berjejal pada murid.
2. Analisa
bivariat
Analisa
bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen yaitu hubungan tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi
tetap dengan terjadinyagigi berjejal
pada murid dengan mengunakan uji statistik Chi-Square SPSS 22.
HASIL PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan pada tanggal 14 sampai tanggal 17 Maret 2016 terhadap 83 murid SDN 50 Lamlagang
Banda Aceh dan Ibu sebagai responden.
Teknik pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan susunan gigi pada murid
serta wawancara memakai kuisioner untuk mengukur tingkat tindakan Ibu. Hasil
pengolahan data di lapangan, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai
berikut :
1.
Univariat
a.
Tindakan
Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap
Distribusi Frekuensi tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu tentang Pertumbuhan Gigi Tetap
pada Murid SDN 50 Lamlagang
Banda Aceh Tahun 2016
No
|
Tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap
|
Frekuensi
|
%
|
1.
|
Baik
|
56
|
67,5
|
2.
|
Kurang baik
|
27
|
32,5
|
|
Total
|
83
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahawa dari 83 Ibu sebagai responden, lebih dominan
Ibu mempunyai tindakan yang baik tentang pertumbuhan gigi yaitu sebanyak 56
orang (67,5%) .
b.
Status
Gigi berjejal
Distribusi frekuensi status gigi berjejal dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel
2
Distribusi Frekuensi Gigi Berjejal pada Murid SDN 50 Lamlagang
Banda Aceh tahun 2016
No
|
Gigi berjejal
|
frekuensi
|
%
|
1.
|
Ada gigi
berjejal
|
39
|
47
|
2.
|
Tidak ada
gigi berjejal
|
44
|
53
|
|
total
|
83
|
100
|
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa dari 83 murid yang
paling banyak statusnya yaitu tidak adanya gigi berjejal yaitu sebanyak 44
orang(53%) sedangkan yang mengalami gigi berjejal yaitu 39 orang (47%).
2.
Bivariat
a.
Hubungan
tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap dengan terjadinya gigi berjejal
pada murid SDN 50
Distribusi hubungan tindakan Ibu dengan terjadinya gigi berjejal
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hubungan tindakan Ibu tentang Pertumbuhan Gigi
Tetap dengan Terjadinya Gigi Berjejal Pada Murid SDN 50 Lamlagang
Banda Aceh Tahun 2016
Tindakan
|
Gigi berjejal
|
total
|
%
|
p
|
df
|
α
|
|||
Ada
|
Tidak Ada
|
||||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
||||||
Baik
|
20
|
36
|
36
|
64
|
56
|
100
|
0,006
|
1
|
0.05
|
Kurang baik
|
19
|
70
|
8
|
30
|
27
|
100
|
|
|
|
Total
|
39
|
106
|
44
|
94
|
83
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tindakan Ibu yang
Paling mendominasi adalah tindkan Ibu yang kurang Baik dimana persentase anak
yang mengalami gigi berjejal yaitu 70%. P=0,006
dengan α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tindakan Ibu dengan terjadinya gigi
berjejal pada anak.
PEMBAHASAN
Hasil
analisa bivariat menggunakanuji chi-square dengan menggunakan
program SPSS 22 menunjukkan bahwa P=0,006 dengan α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa HO ditolak dimana ada
hubungan antara tindakan Ibu tentang pertumbuhan gigi tetap dengan terjadinya
gigi berjejal pada murid SDN 50 Lamlagang Banda Aceh tahun 2016.
Peneliti
berasumsi bahwa tindakan yang baik dalam mengontrol pertumbuhan anak di
pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seorang Ibu dalam menjaga dan mengontrol
pertumbuhan gigi anak. Hal ini sejalan
dengan pemikiran Budiharto (2009), seseorang memperoleh pengetahuan melalui
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai akibat dari
stimulus yang ditangkap panca indra. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami
maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.
Menurut
Suwelo (1992) kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh Ibu akan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan Ibu terhadap pergantian gigi
anak, karena tidak adanya pengetahuan yang baik, hal ini akan berdampak pada
kesalahan pengambilan sikap serta tindakan untuk merawat pergantian gigi anak sehingga
menimbulkan kelainan pertumbuhan gigi.
Peneliti
berasumsi bahwa pengetahuan yang baik yang dimiliki oleh seorang Ibu juga mendapatkan status gigi berjejal pada
anaknya dikarnakan kurangnya kesadaran serta kepedulian responden sendiri dalam
memantau dan mengawasi kesehatan gigi anaknya. Hal ini
sejalan dengan pemikiran Notoadmojo (2003) pengetahuan yang baik tanpa disertai
oleh kesadaran, sikap, dan tindakan maka tidak akan bertahan lama.
Menurut
Notoadmojo (2003) sikap merupakan suatu kesimpulan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan dan
aktifitas tetapi prediposisitindakan dan prilaku. Sikap merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Herijulianti,2002).
Hal
ini diperkuat dengan penyataan sarwono (1997) segala sesuatu hal harus ada
kesinambungan antara pengetahuan sikap yang mencerminkan dalam bentuk tindakan
sebab sering kali orang memperhatikan segala sesuatu yang bertentangan dengan
pengetahuan dan sikapnya. Agar sikap menjadi suatu tindakan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Disini harus ada
upaya untuk praktik atau tindakan untuk memelihara kesehatan gigi (Budiharto,
2009).
Menurut
Notoadmodjo (2003) tindakan atau praktek merupakan respon yang ditimbulkan dari
hasil pengetahuan dan sikap orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut anak.
Ada dua tindakan yang yang penting dilakukan sejak gigi anak mulai tumbuh yaitu
tindakan preventive atau pencegahan dan tindakan
kuratif atau pengobatan. Tindakan pencegahan bisa berupa banyak hal dari yang
paling dasar yaitu memotivasi dan mendorong anak agar bergaya hidup sehat dan
bersih terutama dibidang kesehatan gigi dan mulut.
Peneliti
berasumsi bahwa Seorang ibu yang memiliki pengetahuan, peran dan tidakan yang
baik akan menurunkan ke anaknya, begitu pula sebaliknya. Peran seorang Ibu
sangat penting dalam perkembangan kesehatan gigi seorang anak. Apabila seorang
ibu selalu memantau pertumbuhan gigi anaknya maka anak tersebut akan
mendapatkan posisi gigi yang sesuai, sebaliknya apabila seorang Ibu kurang peka
terhadap pertumbuhan gigi anaknya maka posisi susunan gigi akan tidak sesuai.
Hal itu dikarnakan anak yang takut untuk diperiksa giginya atau pergi kedokter
gigi dikarnakan Ibunya yang jarang membawanya untuk diperiksa atau
diperkenalkan dengan kesehatan gigi , sehingga kurangya pengetahuan dan minat anak untuk merawat giginya. Hal
tersebut sepaham dengan pemikiran Suwelo (1992) yang mengatakan bahwa peran Ibu
sangan menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hal ini sejalan dengan pemikiran Cristiono (2011), yang menyatakan
bahwa dalam pemeriksaan gigi anak sudah dapat diperkenalkan pada perawat gigi
sejak usia 18 bulan dan dapat dilakukan perawatan gigi pada usia 2-3 tahun dengan harapan agar kesehatan gigi anak dapat
terjaga dan termonitor. Selain itu para ibu juga merasakan kekhawatiran apabila
telah melihat ada kelainan pada gigi anaknya. Rasa takut itu dapat
ditanggulangi dengan mempersiapkan para Ibu untuk mengambil langkah-langkah apa
yang dilakukan dalam memperkenalkan perawatan gigi pada anaknya serta menambah
pengetahuan para Ibu mengenai kelainan-kelainan pada gigi dan mulut anak yang
ditemukan.
Hal
ini diperkuat dengan pendapat Nova (2010), kesadaran orang tua untuk membawa
anaknya berkonsultasi dinilai masih rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya
kasus anak ke dokter gigi apabila telah terjadi masalah. Pemeriksaan ke dokter
gigi dengan rutin yaitu setiap 6 bulan sekali sebaiknya dibiasakan sejak dini,
meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol
bagi kesehatan anak.
KESIMPULAN DAN
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpun
bahwa ada hubungan antara tindakan Ibu tentang pertumbuhan Gigi tetap dengan
terjadinya gigi berjejal pada murid SDN 50
Lamlagang Banda Aceh tahun 2016 dengan nilai perhitungan dengan SPSS dimana nilai P=0,006 dengan α (0,05).
Berdasarkan Kesimpulan diatas maka dapat disarankan sebagai berikut
:
1. Diharapkan
kepada Ibu agar lebih meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai
pertumbuhan gigi anak dalam mengontrol
dan memantau masa pertumbuhan gigi anak.
2. Diharapkan
kepada pihak sekolah agar merencanakan kegiatan usaha kesehatan gigi sekolah
(UKGS) untuk memantau kesehatan gigi dan mulut anak.
3. Diharapkan
kepada dinas kesehatan setempat agar dapat mempromosikan kesehatan gigi dan
mulut.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiharto.2010.
Ilmu Prilaku Kesehatan dan Pendidikan
Kesehatan Gigi.Jakarta EGC.
Depkes.RI.2009.Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun
2009 Tentang
Kesehatan. Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor144. Jakarta.
Eriska.2005. Penyakit Mulut Pada Anak,artikel.
Jakarta : Gramedia.
Itjingningsih,2000.Anatomi Gigi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran Gigi EGC.
Kemp,J.2004. Gigi si Kecil.Jakarta : Erlangga.
Kusumawardani,E.2011.
Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Yogyakarta : Siklus.
Machfoedz,I.2005.
Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak-anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta :Fitramaya
Maulani,C.2006.
kiat-kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta
: PT.Alex Media.
Notoatmodjo,S.2012.
Meteologi Penelitian Kesehatan.Jakarta
:Rhineka Cipta.
Notoatmodjo.2007.
Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Seni.
Jakarta : Rhineka Cipta.
Perkasa,A.
2010. Pertumbuhan Gigi Anak .
http//www.keluargasehat.wordpress.com.
Pratiwi,D.2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta:Kompas.
Silva. 2013. Gigi Anak dan Gigi Orang Dewasa. http://www.matakristal.com/gigi-anak-anak-gigi-susu-orang-dewasa-gigi-tetap
Silviantri.2011.
Mencegah Gigi Tidak Teratur Sejak Dini.
http://kimsosilztootsmile.wordpress.com/mencegah-gigi-tidak-teratur-sejak-dini.
Wasis,2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat,Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran Gigi EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar