PENGARUH
FREKUENSI MENGUNYAH BUAH BENGKOANG TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA MURID SD
NEGERI I KAYE LEE ACEH BESAR TAHUN 2016
Oleh:
Hj.
Cut Aja Nuraskin
ABSTRAK
Bengkoang merupakan makanan yang kaya akan serat mengandung vitamin, mineral serta unsur lain dan juga
dapat berfungsi sebagai upaya membersihkan
plak dari permukaan gigi disamping menyikat gigi. Bengkoang dapat
menjadi self
cleansing atau pembersih alamiah bagi plak gigi, karena secara
tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan metode eksperimen semu dan
rancangan yang digunakan adalah pre-test and post-test tanpa menggunakan
replikasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh frekuensi
mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak pada murid SDN I kaye
lee dengan jumlah populasi 380 orang sedangkan sampel berjumlah 38 orang. Hasil yang didapat dalam penelitian ini, rata-rata indeks plak
sebelum mengunyah buah apel 1,77 kriteria sedang dan sesudah mengunyah buah
bengkoang 0,80 kriteria baik. Frekuensi
mengunyah buah bengkoang dapat menurunkan indeks plak terlihat dari persentase
sesudah mengunyah buah bengkoang terdapat 32 (84,2%) siswa/siswi berkriteria baik dan 6 (15,8%) siswa/siswi
berkriteria sedang. Kesimpulan dari penelitian yaitu
hipotesa diterima yang artinya ada perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah
mengunyah buah bengkoang. Hal ini terbukti dari hasil uji t-Test dependent
p< 0,05 ini menunjukkan bahwa frekuensi mengunyah buah bengkoang berpengaruh
terhadap indeks plak.
Kata Kunci: Buah bengkoang, Frekuensi Mengunyah,
Indeks Plak
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam
mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari
segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan
makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi
dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan
pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau
tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting
dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut sekaligus berkaitan
dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya. 13 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan.12
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang Terhadap
Penurunan Indeks Plak pada murid SDN I kaye lee Aceh Besar tahun 2016.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sebelum
mengunyah buah bengkoang.
2. Mengidentifikasi frekuensi mengunyah buah
bengkoang
3. Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sesudah
mengunyah buah bengkoang
4. Mengetahui Persentase Kriteria Indeks Plak
Sebelum dan Sesudah Mengunyah Buah bengkoang
5. Menguji signifikan perbedaan indeks plak
sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang
Manfaat
Penelitian
1.
Hasil
penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pihak sekolah dalam menerapkan
ilmu pengetahuan tentang pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap
penurunan indeks plak.
2.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan murid SDN I kaye lee tentang manfaat mengunyah buah
bengkoang terhadap kebersihan gigi dan mulut.
3.
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengembangkan pendidikan khususnya dalam
perawatan gigi dan mulut.
TINJAUAN
PUSTAKA
BUAH
BENGKOANG
Bengkoang adalah sayuran
yang berasal dari umbi akar yang menyerupai kentang, Umbi yang memilki nama
ilmiah Pachyrhizus erosus ini mempunyai rasa yang segar dan
juga manis. Rasa manis yang dalam bengkoang ini berasal dari oligokasarida yang
disebut inulin. Ketika dimakan mentah,
ia memiliki rasa yang ringan dengan tekstur renyah, tidak seperti pir mentah.19 Bengkoang dapat di makan mentah,
ditaburi dengan garam dan air jeruk nipis. Bengkoang juga dapat digunakan dalam
tumis untuk dijadikan lauk. Kandungan gizi yang cukup beragam di dalamnya,
antara lain energi, protein, lemak, kalsium, karbohidrat, zat besi, fosfor, vitamin
B1, dan vitamin C.
Dalam
penelitian terhadap 100 gr bengkoang mengandung kandungan gizi sebagai berikut
:
Kandungan
gizi dan fitokimia bengkoang.4
Komponen
|
Jumlah
per 100 gram
|
Energi
|
46,2
kkal
|
Protein
|
1,2 g
|
Lemak
|
0,18 g
|
Kalsium
|
12,6 mg
|
Fosfor
|
15,12
mg
|
Zat
besi
|
0,50 mg
|
Seng
|
0,08 mg
|
Vitamin
C
|
16,8 mg
|
Manfaat Bengkoang Bagi Kesehatan.4
1. Baik dikonsumsi untuk penderita diabetes atau
kencing manis
2. Mengatasi masalah asam lambung
3. Dapat mengobati sariawan dan sebagai
antioksidan
4. Memperlancar pencernaan
5. Mengurangi efek manopause
6. Menyehatkan tulang dan gigi
7. Menghilangkan noda hitam dan flek pada wajah
8. Mengobati beri-beri
9. Mengobati wasir
10. Menurunkan demam
Kandungan
phytonutrien dalam bengkoang bisa membantu mencegah serangan virus dan bakteri
serta beberapa mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh.
Plak
Pengertian
plak
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri
dari kumpulan mikro organisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.12
Plak adalah lapisan tipis, lunak, lekat, tidak berwarna dan mengandung bakteri.
Plak ini selalu terbentuk pada permukaan gigi, meskipun gigi selalu
dibersihkan. Plak merupakan penyebab utama terjadinya karies (gigi berlubang)
dan penyakit periodontal.5
Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan
dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada
gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam
mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat akan dilindungi
lapisan tipis glikoprotein yang
disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam air ludah akan
diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit
dan melekat erat pada permukaan gigi.15 Plak
adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi, dalam plak ini terdapat kuman-kuman
dari ludah dan mulut. Plak tidak tampak
bila dilihat sebab berwarna seperti kaca amat putih.10
Plak dental
adalah deposit lunak yang membentuk biofilm
yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut
seperti restorasi lepas dan cekatan.6
Komposisi
Plak
Plak gigi sebagian
besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak
dalam suatu matriks interseluler yang terdiri dari atas polisakarida ekstaseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari
berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta
per mg berat basah. Selain terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel
epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa makanan. Garam anorganik yang
terutama terdiri atas kalsium fosfa, dan flour.14
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Plak
Proses
pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang
hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme.6
Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis besar faktor-faktor penunjang
ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
A.
Lingkungan fisik, yaitu berdasarkan :
1. Anatomi
dan posisi gigi
2. Anatomi dan jaringan sekitar
gigi
3. Struktur permukaan gigi
4. Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5. Tindakan kebersihan mulut
B.
Waktu
C.
Pengaruh Diet
Pembentukan
Plak
Penumpukan plak
dental sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan
prosedur oral hygiene. Plak pada umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva
permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan
maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan
fisur pada permukaan gigi. Proses pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap
yaitu :
Pembentukan Pelikel Dental
Pembentukan
pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentuk plak. pada
tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi (cekat atau lepasan) akan dibalut
oleh pelikel glikoprotein. Pelikel
tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan
pejamu, dan debris. Pelikel ini merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri
yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih
berkontak dengan ludah .
Komponen khas pelikel pada berbagai daerah
adalah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru
terbentuk (dua jam) menunjukkan bahwa
komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa
pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
Pelikel ini
merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa
menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah. Pelikel
berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas
permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Selain itu pelikel
merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.
Kolonisasi
awal permukaan gigi
Dalam waktu beberapa
jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama
mengkoloni permukaan gigi yang dibulat pelikel adalah didominasi oleh
mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti actinmyces viscosus dan streptococcus
sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan
adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion
akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental.
Massa plak kemudian
mengalami pematangan bersama dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat,
maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangan terjadi
perubahan ekologis pada biofilm,
yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri
fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana
yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.
Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
Plak akan meningkat jumlahnya setelah
kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
a. Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan
gigi.
b. Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan
bakteri baru
Dalam tiga hari,
pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi
yang bersih meningkat, seperti Prevotella intermedia, Prevotella loesheii, spesies
Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan Prophyromonas gingivalis.
Bakteri pengkoloni sekunder akan melekat ke bakteri yang sudah melekat ke
pelikel. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke
bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada
hari ke-7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan
meningkatnya bakteri gram negative.6
Klasifikasi Plak
Plak ditemukan sebagian besar pada
permukaan gigi. Secara garis besar, plak ditemukan di daerah anatomi yang
terlindungi pertahanan host, seperti pada fissure
oklusal, daerah interproksimal atau di sekitar ginggiva crevice.16
Plak berdasarkan hubungannya dengan margin ginggiva dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Plak Supraginggiva
1. Plak Supraginggiva
Plak supragingiva Yaitu plak yang melekat
pada permukaan gigi yang terletak di atas margin
ginggiva. Pembentukan plak supraginggiva
dipelopori oleh bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler yang memungkinkan bakteri mudah melekat pada gigi dan
saling berikatan satu dengan yang lain.
2. Plak subgingiva
Plak subgingiva Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi
terletak di bawah margin ginggiva. Kolonisasi bakteri subginggiva hanya terjadi bila ada plak supraginggiva dan gingivitis.16
Indeks Plak
Indeks plak merupakan angka yang di tunjukkan atau
menggambarkan keadaan klinis ada tidaknya plak pada gigi yang diperiksa. Indeks plak dikeluarkan oleh Loe dan Silness pada tahun
1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan
kuantitas plak yang berada dekat margin
gingiv. Indeks ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan
keseluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat
permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial. 13
Gigi
Yang Di Periksa
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a.
Gigi M1 kanan
atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
b.
Gigi I1 kanan
atas pada permukaan labial, mesial, distal, dan palatinal
c.
Gigi M1 kiri
atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a.
Gigi M1 kiri
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
b.
Gigi I1 kiri
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
c.
Gigi M1 kanan
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
Cara
pemberian skor untuk indeks plak
Kode
|
Kriteria
|
0
|
Tidak ada
plak pada gigi
|
1
|
Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva di
daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
|
2
|
Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingiva dan pada
margin gingiva atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung
|
3
|
Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi atau pada
margin dan permukaan gigi tetangga
|
Score
Indeks plak
1.
Baik : Di antara 0 -1
2.
Sedang : Di antara 1,1 – 2
3.
Buruk : Di antara 2,1 – 3,0
Cara
perhitungan skor
Untuk satu gigi =
|
Jumlah seluruh skor dari empat
permukaan
|
|
4
|
||
Untuk keseluruhan gigi =
|
Jumlah skor indeks plak
|
|
Jumlah gigi yang ada
|
||
Gambar 1. Cara
pemberian skor indeks plak
Kerangka Konsep
Kerangka konsep
penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.11
Variabel independen variabel dependen
Indeks plak
|
Mengunyah Buah bengkoang
-
Frekuensi mengunyah
|
Berat buah
|
Variabel pengganggu
Sebagai variabel pengganggu (confounding variabel) adalah
faktor yang mempengaruhi (beratnya buah). Agar variabel pengganggu tidak mengganggu
jalannya penelitian maka variabel tersebut akan dikendalikan dengan cara
menyamakan beratnya buah 100 gram.
Definisi operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)
Variabel
|
Definisi
|
Cara ukur
|
Alat
ukur
|
Hasil
Ukur
|
Skala
|
Frekuensi
mengunyah buah bengkoang
|
Jumlah
mengunyah buah yang dilakukan s
|
-
Observasi dan menghitung frekuensi mengunyah
|
-
|
Jumlah
kunyahan / berapa kali pengunyahan
|
-
Interval
|
Indeks plak
|
Angka yang menunjukkan keadaan plak gigi pada mulut
siswa-siswi
|
-
Pemeriksaan
|
-
Sonde
-
Kaca mulut
-
Pinset
-
Disclosing solution
-
Format pemeriksaan
|
-
Baik =
0 -1
-
Sedang =
1,1 – 2
-
Buruk =
2,1 – 3,0
|
-
Ordinal
|
Hipotesis
Ha = Ada pengaruh
frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
semu. Eksperimen semu yaitu suatu penelitian dengan adanya suatu perlakuan
terhadap kelompok sampel tetapi tidak ada kelompok kontrol (semua kelompok
sampel mendapat perlakuan). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan
pre-test and post-test tanpa
replikasi untuk melihat pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan
indeks plak.
Pretest Perlakuan Posttest
01 X 02
|
Keterangan :
01 = Observasi perlakuan mengukur indeks plak sebelum
mengunyah buah bengkoang
02 = Observasi perlakuan mengukur indeks plak sesudah
mengunyah buah bengkoang
X = Perlakuan mengunyah buah bengkoang
Lokasi dan
Waktu penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SDN I kaye lee
Aceh Besar tahun 2016.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan januari sampai dengan bulan maret 2016
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau seluruh objek yang akan diteliti oleh peneliti (Notoatmodjo
S, 2005). Populasi yang diambil dalam penelitian adalah seluruh murid SDN I kaye lee sebanyak 380 orang.
Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo
S, 2005). Sampel yang diambil anak kelas V SDN I kaye lee berjumlah
38 orang, metode pengambilan sampel yaitu purposive
sample. Sampel hanya kelas V yang diambil karena menurut peneliti kelas
tersebut sudah mewakili dari semua kelas dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian.
Jenis dan Cara pengumpulan Data
Jenis Data
Jenis data yang
diambil dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer adalah data
yang diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung terhadap murid SDN I Kaye ee iyang
dijadikan sebagai sampel
2. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sekolah berupa data murid
SDN I kaye lee.
Cara Pengumpulan Data
Persiapan alat dan bahan untuk mengambil data
Alat terdiri dari :
1.
Sonde
2.
Kaca mulut
3.
Pinset
4.
Handuk
5.
Nier bekken
6.
Spuit
7.
Gelas kumur
8.
Formulir penelitian
Bahan terdiri
dari :
1.
Disclosing solution
2.
Kapas
3.
Desinfektan
4.
Air putih
5.
Buah engkoang sebanyak 100 gram untuk setiap satu siswa.
Pelaksanaan
penelitian :
1.
Perkenalan peneliti
2.
Peneliti kemudian menjelaskan prosuder kegiatan
penelitian kegiatan yang akan dilakukan.
3.
Peneliti dan orang kedua meneteskan disclosing solustion dibawah lidah
siswa/siswi 3 tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk
menyebarkannya keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
4.
Orang ketiga memanggil nama sampel satu persatu
untuk duduk ditempat yang telah disediakan
5.
Peneliti memeriksa indeks plak satu persatu
sampel dengan menggunakan bantuan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang
dibutuhkan, untuk mengetahui skor indeks plak maka cara yang digunakan adalah
cara loe dan sillnes dalam buku yang ditulis oleh sondang pintauli dan Taizo
Hamada yaitu setiap gigi yang diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial,
distal, lingual dan fasial kemudian skor dihitung. Cara pemeriksaannya adalah
sebagai berikut
Untuk rahang atas yang diperiksa:
-
Gigi M1 kanan
atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
-
Gigi I1 kanan
atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan labial
-
Gigi M1 kiri
atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
-
Gigi M1 kiri
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
-
Gigi I1 kiri
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
-
Gigi M1 kanan
bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
6.
Kemudian setelah didapatkan hasil pemeriksaan
oleh peneliti, maka orang kedua mencatat hasil yang diperoleh pada lembar pemeriksaan. Setiap kali selesai pemeriksaan
peneliti membersihkan alat dengan desinfektan dan dilap dengan handuk.
7.
Selanjutnya murid dipanggil satu persatu dan
diberikan bengkoang 100 gram dan disuruh untuk mengunyah sesuai dengan
instruksi yang telah diberitahukan sebelumnya .
8.
Peneliti melakukan observasi dan menghitung
frekuensi mengunyah yang dilakukan murid dan dibantu oleh orang kedua.
9.
Setelah selesai semua diberikan perlakuan
memberikan buah bengkoang sebelum dilakukan pemeriksaan kembali indeks plak murid
disuruh untuk berkumur air putih.
10. Peneliti dan
orang kedua kembali meneteskan disclosing solustion dibawah lidah siswa/siswi 3
tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk menyebarkannya
keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
11. Setelah itu
peneliti memeriksa kembali indeks plak masing-masing siswa/siswi sesuai denga
gigi indeks dengan menggunakan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang
diperlukan Setelah didapat hasil pemeriksaan orang kedua mencatat hasil
dilembar pemeriksaan.
12. Data yang
dikumpulkan tadi diperiksa kelengkapannya jika data tersebut belum lengkap,
maka harus dilengkapi terlebih dahulu.
13. Menghitung
indeks plak dengan cara
Untuk satu gigi =
|
Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
|
4
|
Untuk keseluruhan gigi =
|
Jumlah skor indeks plak
|
Jumlah gigi yang ada
|
14. Setelah itu menghitung indeks plak
masing-masing siswa/siswi
15. Kemudian data-data tersebut dimasukkan
kedalam tabel .
Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan Data
Data yang
diperoleh di kumpulkan dan diolah menggunakan perangkat komputer
1.
Editing
Melakukan pengecekan dan perbaikan isian pada formulir
atau lembar observasi.
2. Coding
Mengubah data berbentuk huruf menjadi data angka-angka yang berhubungan dengan variabel peneliti untuk
memudahkan dalam pengolahan data.
3. Tabulating
Memasukkan data kedalam bentuk tabel, sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan uji statistik t-Test dependent
menggunakan aplikasi SPSS.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisa univariat
Data yang
dikumpulkan adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap murid SDN I kaye
lee. Pengumpulan data dilakukan dengan
pemeriksaan langsung ke mulut murid. yang menjadi sampel. Setelah seluruh data
terkumpul, maka dilakukan analisis data dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.1.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pada Siswa/siswi Kelas V sdn I KAYE LEE TAHUN 2016
Jenis Kelamin
|
Jumlah
siswa
|
Persentase
(%)
|
Laki-laki
|
18
|
47.4
|
Perempuan
|
20
|
52.6
|
Total
|
38
|
100
|
Dari
tabel 4.1.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki sebanyak 18 orang atau
47,4% sedangkan jumlah perempuan sebanyak 20 orang atau 52,6%.
.Tabel 4.1.2
Distribusi Frekuensi
Rata-Rata Indeks Plak Sebelum Mengunyah Buah Bengkoang Pada murid kelas V TAHUN 2016
No.
|
Kriteria
Indeks Plak
|
Indeks
Plak Sebelum Mengunyah Buah BENGKOANG l
|
||
Jumlah
siswa
|
Jumlah
Indeks Plak
|
Rata-rata
Indeks Plak
|
||
1
|
Baik
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Sedang
|
31
|
51,3
|
1,35
|
3
|
Buruk
|
7
|
16,2
|
0,42
|
Jumlah
|
38
|
67,2
|
1,77
|
Dari tabel 4.1.2 dapat dilihat bahwa dari
seluruh murid sebelum mengunyah buah bengkoang, 31 orang mempunyai kriteria
indeks plak sedang dengan rata-rata 1,35 dan 7 orang mempunyai kriteria indeks
plak buruk dengan rata-rata 0,42, serta rata-rata indeks plak secara
keseluruhan 1,77 yang termasuk kedalam kriteria sedang .
Tabel 4.1.3
Distribusi Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang Pada murid Kelas V SDN I kaye lee Aceh Besar
Tahun 2016
Frekuensi
Mengunyah
|
Jumlah
siswa
|
Persentase
(%)
|
22
|
4
|
10.5
|
25
|
9
|
23.7
|
28
|
8
|
21.1
|
30
|
4
|
10.5
|
32
|
13
|
34.2
|
Total
|
38
|
100
|
Dari tabel 4.1.3 dapat diketahui
jumlah smurid yang frekuensi mengunyah 22 kali 4 orang (10,5%), frekuensi
mengunyah 25 kali 9 orang (23,7%), frekuensi mengunyah 28 kali 8 orang (21,1%),
frekuensi mengunyah 30 kali 4 orang (10,5%) dan frekuensi mengunyah 32 kali 13
orang (34,2%).
Tabel 4.1.4
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah
bengkoang Pada murid Kelas VSDN I Kaye
Lee Aceh Besar tahun 2016
No.
|
Kriteria Indeks Plak
|
Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah bengkoang
|
||
Jumlah siswa
|
Jumlah Indeks Plak
|
Rata-rata Indeks Plak
|
||
1
|
Baik
|
32
|
23,5
|
0,61
|
2
|
Sedang
|
6
|
7,1
|
0,18
|
3
|
Buruk
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
38
|
30,6
|
0,80
|
Dari
tabel 4.1.4 dapat dilihat bahwa dari seluruh murid sesudah mengunyah buah apel, 32 orang
mempunyai kriteria indeks plak baik dengan rata-rata 0,61 dan 6 orang mempunyai
kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 0,18, serta rata-rata indeks plak
secara keseluruhan sebesar 0,80 yang termasuk kedalam kriteria baik.
Tabel 4.1.5
Distribusi Frekuensi Persentase Indeks Plak
Sebelum Dan Sesudah Mengunyah Buah Bengkoang tahun 2016
No.
|
Kriteria Indeks Plak
|
Sebelum
Mengunyah
|
Sesudah Mengunyah
|
||
Jumlah Siswa
|
%
|
Jumlah Siswa
|
%
|
||
1
|
Baik
|
0
|
0
|
32
|
84,2
|
2
|
Sedang
|
31
|
81,6
|
6
|
15,8
|
3
|
Buruk
|
7
|
18,4
|
0
|
0
|
Jumlah
|
38
|
100
|
38
|
100
|
Dari tabel 4.1.5 diketahui bahwa persentase
indeks plak sebelum mengunyah buah 81,6 mempunyai kriteria sedang dan 18,4
mempunyai kriteria buruk. Setelah mengunyah buah terdapat murid yang memiliki persentase
indeks plak 84,2 mempunyai kriteria baik
dan 15,8 mempunyai kriteria sedang.
Analisa Bivariat
Dependent t-Test
Untuk
menguji dua sampel yang berpasangan maka digunakan paired sampel t-Test. Dimana
dengan uji paired sampel t-Test ini dapat diketahui apakah ada pengaruh
frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak. Adapun hasil
dari uji Pareid sample t-Test yang dilakukan dengan menggunakan Komputer adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.1.6
Pengaruh Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang terhadap Penurunan Indeks Plak pada murid
kelas V SDN I Kaye Lee Aceh Besar Tahun 2016
berdasarkan uji t-test.
Rata-Rata IP
|
T
|
Std
|
p
|
df
|
95%
|
|
Sebelum-sesudah
|
||||||
Mengunyah
Buah Apel
|
0,97
|
25,83
|
0,23
|
0,000
|
37
|
(0,89-1,05)
|
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang 0,97 dengan
standar devisiasi 0,23. Berdasarkan hasil uji t-Test yang dilakukan dengan nilai t 25,83. menunjukkan bahwa Hipotesis diterima yaitu ada perbedaan
nilai indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang dengan nilai p < 0,05.
Pembahasan
Pada tabel 4.1.1 diatas terlihat bahwa rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah apel 1,77 dengan
kriteria sedang ini dikarenakan tindakan siswa/siswi dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulut masih kurang. Proses pembentukan plak dapat terjadi apabila
terdapat faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif
menghasilkan zat-zat metabolisme, secara garis besar faktor-faktor penunjang
dibagi dalam tiga kelompok yaitu lingkungan fisik,waktu dan pengaruh diet.
Pada tabel 4.1.4 diatas
terlihat bahwa rata-rata indeks plak sesudah mengunyah buah bengkoang 0,80 dengan
kriteria baik. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat indeks plak
yang semula dari kriteria sedang menjadi baik ini dikarenakan buah-buahan yang mengandung
banyak serat dapat membersihkan gigi dari plak. Bengkoang memiliki serat, yang dapat mencegah
kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak. Bengkoang
memiliki dua kualitas yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah
bengkoang yang keras dan renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah
warna gigi atau menjadi self cleansing atau pembersih
alamiah bagi gigi dari sisa-sisa makanan
yang tertinggal karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian
permukaan gigi. Kedua, mengunyah juga merangsang produksi air liur yang secara
alamiah dapat melawan bakteri dalam mulut yang mengubah warna gigi.18
Dari tabel 4.1.6 menunjukkan bahwa frekuensi
mengunyah buah bengkoang dapat menurunkan indeks plak. Berdasarkan
hasil uji t-Test dependent diperoleh nilai probabilitas (p)< 0,05 dengan
probabilitas 0,000. Oleh karena p< 0,05 maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan
indeks plak. Untuk mendapat manfaat sebesar-besarnya dari makanan yang kita konsumsi,
maka makanan ini harus dikunyah oleh gigi dengan frekuensi maksimal 32
kali. Dengan mengunyah (chew)
sebanyak itu, makanan padat akan lumat menjadi bentuk cairan dan bercampur
dengan air liur (saliva) yang bermanfaat untuk pencernaan, kesehatan
tubuh dan kesehatan gigi.8Para pakar kesehatan di Amerika
sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang biasa
mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat.
Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula
bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya
buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi. Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga
membantu melawan pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang
terdapat pada cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah
juga membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar
gigi.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti maka didapatkan kesimpulan :
1. Nilai rata-rata indeks plak
sebelum mengunyah buah bengkoang 1,77 dengan kriteria sedang.
2. Nilai
rata-rata indeks plak setelah mengunyah buah apel 0,80 dengan kriteria baik.
3. Frekuensi
mengunyah buah bengkoang berpengaruh
terhadap indeks plak, terlihat dari nilai rata-rata sebelum dan nilai
sesudah mengunyah buah bengkoang ada penurunan, hal ini terbukti dari hasil uji
t-Test yang didapatkan p=0,00 atau p<0,05.
Saran
1.
Diharapkan
kepada pihak sekolah partisipasinya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
siswa/siswi dengan membentuk program usaha kesehatan gigi sekolah.
2.
Diharapkan
dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan masukan bagi murid SDN I Kaye Lee
Aceh tentang pentingnya memelihara kebersihan gigi dan mulut.
3.
Diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi informasi bagi jurusan keperawatan gigi dalam
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
4.
Perlu adanya peningkatan penyuluhan tentang
manfaat makan makanan buah berserat dan berair yang baik untuk kesehatan gigi yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.
DAFTAR
PUSTAKA
Andriani., 2001, sistem
pengunyahan. http://www.scribd.com/doc/59437826/ob2/
diakses tanggal 22 april 2013
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian. Rineka Cipta,
Jakarta.
Arisandi, Y., 2010, Pengaruh
makanan terhadap kesehatan. http://www.batampos.co.id/06/10/2012/ini-dia-buah-yang-mampu-bikin-gigi-putih-cemerlang.batampos diakses tanggal 20 maret 2013
Astawan,
M., 2008, Sehat dengan buah http://superampuh.com/manfaat-buah-apel.html diakses tanggal 21 maret 2013
Boedihardjo., 1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga
University Press. Surabaya.
Dalimunthe, S. H., 2008, Periodonsia, USU Press, Medan.
Faralia., 2012. 1001 Khasiat
Istimewa buah-buahan dan sayuran, Aulia Publishing, Yogyakarta
Fletcher, H., 2011, Manfaat
mengunyah makanan lebih lama, htp ://kesehatan kompasiana,com/medis/2011/11/07benarkah-makan-harus-mengunyah-32-kali
diakses tanggal 20 maret 2013
Kinanti, A.,
2001, Cara mengunyah. http://duniafitnes.com/news/bagaimana-cara-mengunyah-makanan-yang-benar.diakses tanggal
20 maret 2013
Machfoed, ircham., 2008, Menjaga
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta.
Panjaitan, M., 1995, Etiologi
Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, USU Press. Medan.
Pintauli, S dan Taizo Hamada., 2008, menuju gigi dan mulut Sehat, USU Press. Medan.
Putri, Hiranya, M., Eliza Herijulianti., dan Neneng Nurjanah.,
2002, Ilmu pencegahan Penyakit jaringan
Keras dan Jaringan pendukung gigi, EGC. Jakarta.
Roeslan.,2002, plak gigi.
http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-komponen-penyebab.html
diakses tanggal 13 maret 2013
Samarayanake., 2002, Dental
plak. http://be11acut3.wordpresscom/2010/10/25/ mekanisme-pembentukan-plak/ diakses
tanggal 20 maret 2013
Yulianti, S, Irlansyah., Edi, Junaedi, dan Mufatis widjaya., 2007, Khasiat dan Manfaat Apel, Argomedia
Pustaka. Jakarta.
Yuliarti, N., 2011, 1001 Khasiat Buah-buahan, C.V Andi.
Yoyakarat.
://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar