Selasa, 28 Juni 2016

Hj. Cut Aja Nuraskin: Volume 3, Nomor 2, Januari-Juni 2016, hal. 1-14

PENGARUH FREKUENSI MENGUNYAH BUAH BENGKOANG TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA MURID SD NEGERI I KAYE LEE ACEH BESAR TAHUN 2016

Oleh:
Hj. Cut Aja Nuraskin

ABSTRAK
Bengkoang merupakan makanan yang kaya akan serat mengandung vitamin, mineral serta unsur lain dan juga dapat berfungsi sebagai upaya membersihkan  plak dari permukaan gigi disamping menyikat gigi. Bengkoang dapat menjadi self cleansing atau pembersih alamiah bagi plak gigi, karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan metode eksperimen semu dan rancangan yang digunakan adalah pre-test and post-test tanpa menggunakan replikasi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak pada murid SDN I kaye lee dengan jumlah populasi 380 orang sedangkan sampel berjumlah 38 orang. Hasil yang didapat dalam penelitian ini, rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah apel 1,77 kriteria sedang dan sesudah mengunyah buah bengkoang  0,80 kriteria baik. Frekuensi mengunyah buah bengkoang dapat menurunkan indeks plak terlihat dari persentase sesudah mengunyah buah bengkoang terdapat 32 (84,2%) siswa/siswi  berkriteria baik dan 6 (15,8%) siswa/siswi berkriteria sedang. Kesimpulan dari penelitian yaitu hipotesa diterima yang artinya ada perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang. Hal ini terbukti dari hasil uji t-Test dependent p< 0,05 ini menunjukkan bahwa frekuensi mengunyah buah bengkoang berpengaruh terhadap indeks plak.

Kata Kunci: Buah bengkoang, Frekuensi Mengunyah, Indeks Plak

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan yang selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan penampilan diri seseorang tersebut sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan terhadap dirinya. 13 Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.12

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang Terhadap Penurunan Indeks Plak pada murid SDN I kaye lee Aceh Besar tahun 2016.
Tujuan Penelitian
1.  Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah bengkoang.
2.  Mengidentifikasi frekuensi mengunyah buah bengkoang
3.  Untuk mengetahui rata-rata indeks plak sesudah mengunyah buah bengkoang 
4.  Mengetahui Persentase Kriteria Indeks Plak Sebelum dan Sesudah Mengunyah Buah bengkoang 
5.  Menguji signifikan perbedaan indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang

Manfaat Penelitian
1.      Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pihak sekolah dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak.
2.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan murid SDN I kaye lee tentang manfaat mengunyah buah bengkoang terhadap kebersihan gigi dan mulut.
3.      Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengembangkan pendidikan khususnya dalam perawatan gigi dan mulut.

TINJAUAN PUSTAKA
BUAH BENGKOANG
                        Bengkoang adalah sayuran yang berasal dari umbi akar yang menyerupai kentang, Umbi yang memilki nama ilmiah Pachyrhizus erosus ini mempunyai rasa yang segar dan juga manis. Rasa manis yang dalam bengkoang ini berasal dari oligokasarida yang disebut inulin.  Ketika dimakan mentah, ia memiliki rasa yang ringan dengan tekstur renyah, tidak seperti pir mentah.19 Bengkoang dapat di makan mentah, ditaburi dengan garam dan air jeruk nipis. Bengkoang juga dapat digunakan dalam tumis untuk dijadikan lauk. Kandungan gizi yang cukup beragam di dalamnya, antara lain energi, protein, lemak, kalsium, karbohidrat, zat besi, fosfor, vitamin B1, dan vitamin C.
Dalam penelitian terhadap 100 gr bengkoang mengandung kandungan gizi sebagai berikut :

Kandungan gizi dan fitokimia bengkoang.4
Komponen
  Jumlah per 100 gram
 Energi
 46,2 kkal
 Protein
 1,2 g
 Lemak
 0,18 g
 Kalsium
 12,6 mg
 Fosfor
 15,12 mg
 Zat besi
 0,50 mg
 Seng
 0,08 mg
 Vitamin C
 16,8 mg

Manfaat Bengkoang Bagi Kesehatan.4

1.      Baik dikonsumsi untuk penderita diabetes atau kencing manis
2.      Mengatasi masalah asam lambung
3.      Dapat mengobati sariawan dan sebagai antioksidan
4. Memperlancar pencernaan
5. Mengurangi efek manopause
6. Menyehatkan tulang dan gigi
7. Menghilangkan noda hitam dan flek pada wajah
8. Mengobati beri-beri
9. Mengobati wasir
10. Menurunkan demam
11. Manfaat bengkoang untuk mencegah serangan virus dan bakteri

Kandungan phytonutrien dalam bengkoang bisa membantu mencegah serangan virus dan bakteri serta beberapa mikroorganisme yang berbahaya bagi tubuh.

Plak
Pengertian plak
  Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan mikro organisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.12 Plak adalah lapisan tipis, lunak, lekat, tidak berwarna dan mengandung bakteri. Plak ini selalu terbentuk pada permukaan gigi, meskipun gigi selalu dibersihkan. Plak merupakan penyebab utama terjadinya karies (gigi berlubang) dan penyakit periodontal.5
         Plak adalah lapisan tipis dari mikroorganisme, sisa makanan dan bahan organik yang terbentuk di gigi, kadang-kadang juga ditemukan pada gusi dan lidah. Plak merupakan agregat sejumlah besar dan berbagai macam mikroorganisme pada permukaan gigi mulai erupsi dengan cepat akan dilindungi lapisan tipis glikoprotein yang disebut aequired pellicle. Glikoprotein di dalam air ludah akan diserap dengan spesifik pada hidroksiaptit dan melekat erat pada permukaan gigi.15  Plak adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi, dalam plak ini terdapat kuman-kuman dari ludah dan mulut.  Plak tidak tampak bila dilihat sebab berwarna seperti kaca amat putih.10
       Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepas dan cekatan.6

Komposisi Plak
            Plak gigi sebagian besar terdiri atas air dan berbagai macam mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler yang terdiri dari atas polisakarida ekstaseluler dan protein saliva. Sekitar 80% dari berat plak adalah air, sementara jumlah mikroorganisme kurang lebih 250 juta per mg berat basah. Selain terdiri atas mikroorganisme, juga terdapat sel-sel epitel lepas, leukosit, partikel-partikel sisa makanan. Garam anorganik yang terutama terdiri atas kalsium fosfa, dan flour.14

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme.6 Menurut Hoag dan Pawlak (1990) secara garis besar faktor-faktor penunjang ini dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
A.  Lingkungan fisik, yaitu berdasarkan :
1.  Anatomi dan posisi gigi
2.  Anatomi dan jaringan sekitar gigi
3.  Struktur permukaan gigi
4.  Gesekan oleh makanan dan jaringan sekitar
5.  Tindakan kebersihan mulut
B.   Waktu
C.   Pengaruh Diet
Pembentukan Plak
 Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur oral hygiene. Plak pada umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi, karena daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan, pit, dan fisur pada permukaan gigi. Proses pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap yaitu :

Pembentukan Pelikel Dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentuk plak. pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi (cekat atau lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular,  begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris. Pelikel ini merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah .
 Komponen khas pelikel pada berbagai daerah adalah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk  (dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
Pelikel ini merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan gigi yang bersih berkontak dengan ludah. Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi (pengeringan) jaringan. Selain itu pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.

Kolonisasi awal permukaan gigi
       Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibulat pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti actinmyces viscosus dan streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesion akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental.
       Massa plak kemudian mengalami pematangan bersama dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangan terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.

Kolonisasi Sekunder dan Pematangan Plak
      Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
a. Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan gigi.
b. Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan bakteri baru
       Dalam tiga hari, pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih meningkat, seperti Prevotella intermedia, Prevotella loesheii, spesies Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan Prophyromonas gingivalis. Bakteri pengkoloni sekunder akan melekat ke bakteri yang sudah melekat ke pelikel. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Fase akhir pematangan plak pada hari ke-7 ditandai dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya bakteri gram negative.6

Klasifikasi Plak
        Plak ditemukan sebagian besar pada permukaan gigi. Secara garis besar, plak ditemukan di daerah anatomi yang terlindungi pertahanan host, seperti pada fissure oklusal, daerah interproksimal atau di sekitar ginggiva crevice.16
Plak berdasarkan hubungannya dengan margin ginggiva dibagi menjadi dua yaitu:
1. Plak Supraginggiva
       Plak supragingiva Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi yang terletak di atas margin ginggiva. Pembentukan plak supraginggiva dipelopori oleh bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler yang memungkinkan bakteri mudah melekat pada gigi dan saling berikatan satu dengan yang lain.
2. Plak subgingiva
        Plak subgingiva  Yaitu plak yang melekat pada permukaan gigi terletak di bawah margin ginggiva. Kolonisasi bakteri subginggiva hanya terjadi bila ada plak supraginggiva dan gingivitis.16

Indeks Plak
        Indeks plak merupakan angka yang di tunjukkan atau menggambarkan keadaan klinis ada tidaknya plak pada gigi yang diperiksa. Indeks plak dikeluarkan oleh Loe dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiv. Indeks ini dapat dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan keseluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial. 13

Gigi Yang Di Periksa
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a.       Gigi M1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
b.      Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial, mesial, distal, dan palatinal
c.       Gigi M1 kiri atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a.       Gigi M1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
b.      Gigi I1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
c.       Gigi M1 kanan bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal

Cara pemberian skor untuk indeks plak
Kode
Kriteria
0
Tidak ada plak pada gigi
1
Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
2
Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku gingiva dan pada margin gingiva atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung
3
Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi atau pada margin dan permukaan gigi tetangga

Score Indeks plak
1.         Baik                 : Di antara 0 -1
2.         Sedang : Di antara 1,1 – 2      
3.         Buruk              : Di antara 2,1 – 3,0

Cara perhitungan skor
Untuk satu gigi =
Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
4
Untuk keseluruhan gigi =
Jumlah skor indeks plak
Jumlah gigi yang ada









       Gambar 1. Cara pemberian skor indeks plak

Kerangka Konsep
       Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.11

Variabel independen            variabel dependen

Indeks plak


Mengunyah Buah bengkoang
-       Frekuensi mengunyah

Berat buah

 








                                          Variabel pengganggu

Sebagai variabel pengganggu (confounding variabel)    adalah faktor yang mempengaruhi (beratnya buah). Agar variabel pengganggu tidak mengganggu jalannya penelitian maka variabel tersebut akan dikendalikan dengan cara menyamakan  beratnya buah 100 gram.

Definisi operasional
Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)
Variabel
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala
Frekuensi mengunyah buah bengkoang  
Jumlah mengunyah buah yang dilakukan s
-               Observasi dan menghitung frekuensi mengunyah
-
Jumlah kunyahan / berapa kali pengunyahan
-       Interval
Indeks plak

Angka yang menunjukkan keadaan plak gigi pada mulut siswa-siswi
-               Pemeriksaan
-  Sonde
-  Kaca mulut
-  Pinset
-  Disclosing solution
-  Format pemeriksaan
-  Baik       =
0 -1
-  Sedang  =
1,1 – 2
-  Buruk     =
 2,1 – 3,0
-       Ordinal


Hipotesis
Ha    =  Ada pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain penelitian
        Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Eksperimen semu yaitu suatu penelitian dengan adanya suatu perlakuan terhadap kelompok sampel tetapi tidak ada kelompok kontrol (semua kelompok sampel mendapat perlakuan). Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan pre-test and post-test tanpa replikasi untuk melihat pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak.
Pretest           Perlakuan               Posttest

01                    X                                  02
 



 
Keterangan :
01       =     Observasi  perlakuan mengukur indeks plak sebelum mengunyah buah bengkoang
02       =     Observasi  perlakuan mengukur indeks plak sesudah mengunyah buah bengkoang
X       =     Perlakuan mengunyah  buah bengkoang  

Lokasi dan Waktu penelitian
Lokasi Penelitian
       Lokasi penelitian dilakukan di SDN I kaye lee Aceh Besar tahun 2016.

Waktu Penelitian
       Penelitian dilakukan mulai bulan januari sampai dengan bulan maret 2016

Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
       Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau seluruh objek yang akan diteliti oleh peneliti (Notoatmodjo S, 2005). Populasi yang diambil dalam penelitian adalah seluruh murid SDN I kaye lee sebanyak 380 orang.

Sampel penelitian 
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo S, 2005). Sampel yang diambil anak kelas V SDN I kaye lee berjumlah 38 orang, metode pengambilan sampel yaitu purposive sample. Sampel hanya kelas V yang diambil karena menurut peneliti kelas tersebut sudah mewakili dari semua kelas dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
Jenis dan Cara pengumpulan Data
Jenis Data
       Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1.  Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara pemeriksaan langsung terhadap murid SDN I Kaye ee iyang dijadikan sebagai sampel
2.  Data sekunder adalah data yang  diperoleh dari sekolah berupa data murid SDN I kaye lee.
Cara Pengumpulan Data
Persiapan alat dan bahan untuk mengambil data
Alat terdiri dari  :
1.      Sonde
2.      Kaca mulut
3.      Pinset
4.      Handuk
5.      Nier bekken
6.      Spuit
7.      Gelas kumur
8.      Formulir penelitian
Bahan terdiri dari :
1.      Disclosing solution
2.      Kapas
3.      Desinfektan
4.      Air putih
5.      Buah engkoang  sebanyak 100 gram untuk setiap satu siswa.
Pelaksanaan penelitian :
1.      Perkenalan peneliti
2.      Peneliti kemudian menjelaskan prosuder kegiatan penelitian  kegiatan yang akan dilakukan.
3.      Peneliti dan orang kedua  meneteskan disclosing solustion dibawah lidah siswa/siswi 3 tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk menyebarkannya keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
4.      Orang ketiga memanggil nama sampel satu persatu untuk duduk ditempat yang telah disediakan
5.      Peneliti memeriksa indeks plak satu persatu sampel dengan menggunakan bantuan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang dibutuhkan, untuk mengetahui skor indeks plak maka cara yang digunakan adalah cara loe dan sillnes dalam buku yang ditulis oleh sondang pintauli dan Taizo Hamada yaitu setiap gigi yang diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial kemudian skor dihitung. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut
Untuk rahang atas yang diperiksa:
-  Gigi M1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
-  Gigi I1 kanan atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan labial
-  Gigi M1 kiri atas pada permukaan mesial, distal, palatinal dan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
-  Gigi M1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
-  Gigi I1 kiri bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan labial
-  Gigi M1 kanan bawah pada permukaan mesial, distal, lingual dan bukal
6.      Kemudian setelah didapatkan hasil pemeriksaan oleh peneliti, maka orang kedua mencatat hasil yang diperoleh pada lembar  pemeriksaan. Setiap kali selesai pemeriksaan peneliti membersihkan alat dengan desinfektan dan dilap dengan handuk.
7.      Selanjutnya murid dipanggil satu persatu dan diberikan bengkoang 100 gram dan disuruh untuk mengunyah sesuai dengan instruksi yang telah diberitahukan sebelumnya .
8.      Peneliti melakukan observasi dan menghitung frekuensi mengunyah yang dilakukan murid dan dibantu oleh orang kedua.
9.      Setelah selesai semua diberikan perlakuan memberikan buah bengkoang sebelum dilakukan pemeriksaan kembali indeks plak murid disuruh untuk berkumur air putih.
10.  Peneliti dan orang kedua kembali meneteskan disclosing solustion dibawah lidah siswa/siswi 3 tetes dengan menggunakan spuit dan diinstruksikan untuk menyebarkannya keseluruh permukaan gigi dengan menggunakan lidah.
11.  Setelah itu peneliti memeriksa kembali indeks plak masing-masing siswa/siswi sesuai denga gigi indeks dengan menggunakan kaca mulut, sonde dan peralatan lainnya yang diperlukan Setelah didapat hasil pemeriksaan orang kedua mencatat hasil dilembar pemeriksaan.
12.  Data yang dikumpulkan tadi diperiksa kelengkapannya jika data tersebut belum lengkap, maka harus dilengkapi terlebih dahulu.
13.  Menghitung indeks plak dengan cara

Untuk satu gigi =
Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
                       4

 Untuk keseluruhan gigi =
Jumlah skor indeks plak
Jumlah gigi yang ada

14. Setelah itu menghitung indeks plak masing-masing siswa/siswi
15. Kemudian data-data tersebut dimasukkan kedalam tabel .

Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan Data
               Data yang diperoleh di kumpulkan dan diolah menggunakan perangkat komputer
1.         Editing
Melakukan pengecekan dan perbaikan isian pada formulir atau lembar observasi.
2.         Coding
Mengubah data berbentuk huruf menjadi data angka-angka yang berhubungan dengan variabel peneliti untuk memudahkan dalam pengolahan data.
3.         Tabulating
Memasukkan data kedalam bentuk tabel, sesuai dengan tujuan penelitian.

Analisa Data
     Analisa data dilakukan  dengan uji statistik t-Test dependent menggunakan aplikasi SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian

Analisa univariat
          Data yang dikumpulkan adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap murid SDN I kaye lee. Pengumpulan data dilakukan  dengan pemeriksaan langsung ke mulut murid. yang menjadi sampel. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 4.1.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin  Pada Siswa/siswi Kelas V sdn I KAYE LEE TAHUN 2016

Jenis Kelamin
Jumlah siswa
Persentase (%)
 Laki-laki
18
47.4
 Perempuan
20
52.6
Total
38
100
            Dari tabel 4.1.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki sebanyak 18 orang atau 47,4% sedangkan jumlah perempuan sebanyak 20 orang atau 52,6%.

.Tabel 4.1.2
 Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak Sebelum Mengunyah Buah Bengkoang  Pada murid kelas V TAHUN 2016
 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak Sebelum Mengunyah Buah BENGKOANG l
Jumlah siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
0
0
0
2
Sedang
31
51,3
1,35
3
Buruk
7
16,2
0,42
Jumlah
38
67,2
1,77
                Dari tabel 4.1.2 dapat dilihat bahwa dari seluruh murid sebelum mengunyah buah bengkoang, 31 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 1,35 dan 7 orang mempunyai kriteria indeks plak buruk dengan rata-rata 0,42, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan 1,77 yang termasuk kedalam kriteria sedang .

Tabel 4.1.3
Distribusi Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang  Pada murid Kelas V SDN I kaye lee Aceh Besar Tahun 2016
Frekuensi Mengunyah
Jumlah siswa
Persentase (%)
22
4
10.5
25
9
23.7
28
8
21.1
30
4
10.5
32
13
34.2
Total
38
100
            Dari tabel 4.1.3 dapat diketahui jumlah smurid yang frekuensi mengunyah 22 kali 4 orang (10,5%), frekuensi mengunyah 25 kali 9 orang (23,7%), frekuensi mengunyah 28 kali 8 orang (21,1%), frekuensi mengunyah 30 kali 4 orang (10,5%) dan frekuensi mengunyah 32 kali 13 orang (34,2%).

Tabel 4.1.4
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah bengkoang  Pada murid Kelas VSDN I Kaye Lee Aceh Besar tahun 2016

 No.
Kriteria Indeks Plak
Indeks Plak Sesudah Mengunyah Buah bengkoang
Jumlah siswa
Jumlah Indeks Plak
Rata-rata Indeks Plak
1
Baik
32
23,5
0,61
2
Sedang
6
7,1
0,18
3
Buruk
0
0
0
Jumlah
38
30,6
0,80
          Dari tabel 4.1.4 dapat dilihat bahwa dari seluruh murid  sesudah mengunyah buah apel, 32 orang mempunyai kriteria indeks plak baik dengan rata-rata 0,61 dan 6 orang mempunyai kriteria indeks plak sedang dengan rata-rata 0,18, serta rata-rata indeks plak secara keseluruhan sebesar 0,80 yang termasuk kedalam kriteria baik.

Tabel 4.1.5
Distribusi Frekuensi Persentase Indeks Plak Sebelum Dan Sesudah Mengunyah Buah Bengkoang tahun 2016

No.
Kriteria Indeks Plak
Sebelum  Mengunyah
Sesudah Mengunyah
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
1
Baik
0
0
32
84,2
2
Sedang
31
81,6
6
15,8
3
Buruk
7
18,4
0
0
Jumlah
38
100
38
100
          Dari tabel 4.1.5 diketahui bahwa persentase indeks plak sebelum mengunyah buah 81,6 mempunyai kriteria sedang dan 18,4 mempunyai kriteria buruk. Setelah mengunyah buah  terdapat murid yang memiliki persentase indeks plak 84,2  mempunyai kriteria baik dan 15,8  mempunyai kriteria sedang.



Analisa Bivariat
Dependent t-Test
            Untuk menguji dua sampel yang berpasangan maka digunakan paired sampel t-Test. Dimana dengan uji paired sampel t-Test ini dapat diketahui apakah ada pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak. Adapun hasil dari uji Pareid sample t-Test yang dilakukan dengan menggunakan Komputer adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1.6
Pengaruh Frekuensi Mengunyah Buah bengkoang  terhadap Penurunan Indeks Plak pada murid kelas V SDN I Kaye Lee Aceh Besar Tahun 2016
berdasarkan uji t-test.

Rata-Rata IP
T
Std
p
df
 95%
Sebelum-sesudah
Mengunyah Buah Apel
0,97
25,83
0,23
0,000
37
(0,89-1,05)
             Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang 0,97 dengan standar devisiasi 0,23. Berdasarkan hasil uji t-Test yang dilakukan  dengan nilai t 25,83. menunjukkan  bahwa Hipotesis diterima yaitu ada perbedaan nilai indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah buah bengkoang dengan nilai  p < 0,05.

Pembahasan
Pada tabel 4.1.1 diatas terlihat bahwa rata-rata indeks plak  sebelum mengunyah buah apel 1,77 dengan kriteria sedang ini dikarenakan tindakan siswa/siswi dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut masih kurang. Proses pembentukan plak dapat terjadi apabila terdapat faktor-faktor penunjang hadirnya beberapa bakteri yang secara aktif menghasilkan zat-zat metabolisme, secara garis besar faktor-faktor penunjang dibagi dalam tiga kelompok yaitu lingkungan fisik,waktu dan pengaruh diet.
Pada tabel  4.1.4 diatas terlihat bahwa rata-rata indeks plak  sesudah mengunyah buah bengkoang 0,80 dengan kriteria baik. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat indeks plak yang semula dari kriteria sedang menjadi baik  ini dikarenakan buah-buahan yang mengandung banyak serat dapat membersihkan gigi dari plak. Bengkoang memiliki serat, yang dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak. Bengkoang memiliki dua kualitas yang membantu pemutihan gigi. Pertama, proses mengunyah bengkoang yang keras dan renyah bisa memudarkan plak gigi yang dapat mengubah warna gigi atau menjadi self cleansing atau pembersih alamiah bagi  gigi dari sisa-sisa makanan yang tertinggal karena secara tidak langsung makanan itu dapat menggosok bagian permukaan gigi. Kedua, mengunyah juga merangsang produksi air liur yang secara alamiah dapat melawan bakteri dalam mulut yang mengubah warna gigi.18
          Dari tabel 4.1.6 menunjukkan bahwa frekuensi mengunyah buah bengkoang dapat menurunkan indeks plak. Berdasarkan hasil uji t-Test dependent diperoleh nilai probabilitas (p)< 0,05 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena p< 0,05 maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh frekuensi mengunyah buah bengkoang terhadap penurunan indeks plak. Untuk mendapat manfaat sebesar-besarnya dari makanan yang kita konsumsi, maka makanan ini harus dikunyah oleh gigi dengan frekuensi maksimal 32 kali.  Dengan mengunyah (chew) sebanyak itu, makanan padat akan lumat menjadi bentuk cairan dan bercampur dengan air liur (saliva) yang bermanfaat untuk pencernaan, kesehatan tubuh dan kesehatan gigi.8Para pakar kesehatan di Amerika sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang biasa mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat. Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi. Saat mengunyah dengan benar, cairan ludah juga membantu melawan pembentukan plak gigi dan bau mulut. Karbonat hidrogen yang terdapat pada cairan ludah akan menetralisir pembentuk plak gigi. Cairan ludah juga membunuh bakteri dan membersihkan sisa makanan yang terdapat di sekitar gigi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
       Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka didapatkan kesimpulan :
1. Nilai rata-rata indeks plak sebelum mengunyah buah bengkoang 1,77 dengan kriteria sedang.
2.  Nilai rata-rata indeks plak setelah mengunyah buah apel  0,80 dengan kriteria baik.
3.  Frekuensi mengunyah buah bengkoang berpengaruh  terhadap indeks plak, terlihat dari nilai rata-rata sebelum dan nilai sesudah mengunyah buah bengkoang ada penurunan, hal ini terbukti dari hasil uji t-Test yang didapatkan p=0,00 atau p<0,05.

Saran
1.        Diharapkan kepada pihak sekolah partisipasinya dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa/siswi dengan membentuk program usaha kesehatan gigi sekolah.
2.        Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan masukan bagi murid SDN I Kaye Lee Aceh tentang pentingnya memelihara kebersihan gigi dan mulut.
3.        Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi jurusan keperawatan gigi dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
4.        Perlu adanya peningkatan penyuluhan tentang manfaat makan makanan buah berserat dan berair yang baik untuk kesehatan gigi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.


DAFTAR PUSTAKA

Andriani., 2001, sistem pengunyahan. http://www.scribd.com/doc/59437826/ob2/ diakses tanggal 22 april 2013
Arikunto, S., 2006,  Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Arisandi, Y.,  2010,  Pengaruh makanan terhadap kesehatan.  http://www.batampos.co.id/06/10/2012/ini-dia-buah-yang-mampu-bikin-gigi-putih-cemerlang.batampos diakses tanggal 20 maret 2013
Astawan, M., 2008, Sehat dengan buah http://superampuh.com/manfaat-buah-apel.html diakses tanggal 21 maret 2013
Boedihardjo., 1985, Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga, Airlangga University Press. Surabaya.
Dalimunthe, S. H., 2008,  Periodonsia, USU Press, Medan.
Faralia., 2012. 1001 Khasiat Istimewa buah-buahan dan sayuran, Aulia Publishing, Yogyakarta
Fletcher, H., 2011, Manfaat mengunyah makanan lebih lama, htp ://kesehatan       kompasiana,com/medis/2011/11/07benarkah-makan-harus-mengunyah-32-kali diakses tanggal 20 maret 2013
Machfoed, ircham., 2008, Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil, Fitramaya. Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta.
­­Panjaitan, M., 1995, Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal, USU Press. Medan.
Pintauli, S dan Taizo Hamada., 2008, menuju gigi dan mulut Sehat, USU Press. Medan.
Putri, Hiranya, M., Eliza Herijulianti., dan Neneng Nurjanah., 2002, Ilmu pencegahan Penyakit jaringan Keras dan Jaringan pendukung gigi, EGC. Jakarta.
Roeslan.,2002, plak gigi. http://zona-prasko.blogspot.com/2011/08/pengertian-komponen-penyebab.html diakses tanggal 13 maret 2013
Samarayanake., 2002, Dental plak.  http://be11acut3.wordpresscom/2010/10/25/ mekanisme-pembentukan-plak/ diakses tanggal 20 maret 2013
Yulianti, S, Irlansyah., Edi, Junaedi, dan Mufatis widjaya., 2007, Khasiat dan Manfaat Apel, Argomedia Pustaka. Jakarta.
Yuliarti, N., 2011,  1001 Khasiat Buah-buahan, C.V Andi. Yoyakarat.
://id.wikipedia.org/wiki/Bengkuang 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar