TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN
PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Oleh:
Putri Santy
ABSTRAK
Persalinan
dengan Sectio caesarea semakin banyak dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya,
walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir, saat ini Sectio caesarea
sudah menjadi sesuatu yang umum. Hal tersebut menimbulkan adanya kecenderungan
untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Pada tahun 2011 jumlah
persalinan dengan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin sebanyak
608 kasus, dan dari jumlah tersebut ternyata banyak yang tidak melakukan
mobilisasi dini setelah 6-10 jam setelah operasi dengan alasan ketakutan akan robeknya jahitan dan rasa
sakit yang sangat dirasakan serta masih banyaknya mitos yang beredar bahwa
tidak boleh banyak bergerak dan makan makanan yang berasal dari laut hal ini
menyebabkan penyembuhan luka bertambah lama. Jenis penelitian adalah
observasional analitik mengunakan rancangan cross sectional. Tehnik pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling.
Jumlah responden 35 orang. Hasi analisa data menggunakan uji chi square test
didapatkan bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi
pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari pada yang berpengetahuan kurang
(25,0%) dengan p value 0,019. Proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada ibu yang
melaksanakan mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak melakukan mobilisasi
dini (25,0%),dengan nilai p value 0,001.
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea. Diharapkan pihak
rumah sakit dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan mengimplementasikan lebih
baik tentang mobilisasi supaya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka
sectio caesarea.
Kata Kunci: Pengetahuan,
Mobilisasi dini, Penyembuhan luka, Sectio
Caesarea
PENDAHULUAN
Kasus
persalinan dengan Sectio caesarea semakin banyak dilakukan dan semakin
tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya
terakhir, saat ini Sectio caesarea sudah menjadi sesuatu yang umum
(Kasdu, 2003). Sectio caesarea yang dilakukan sekarang jauh lebih aman
dibandingkan masa dahulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah,
anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna. Hal tersebut menimbulkan
adanya kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup
kuat.1
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan
dengan Sectio caesarea adalah sekitar 10-15% dari semua proses
persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi Sectio caesarea sekitar 5%. Kematian ibu
akibat Sectio caesarea itu sendiri menunjukkan angka 1 per 1.000
persalinan. Menurut Bensons dan Pernolls (2007), angka kematian neonatus pada Sectio caesarea adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan
risiko 25 kali lebih besar di banding persalinan pervagina. Sectio caesarea memiliki resiko infeksi 80 kali lebih tinggi
dibanding dengan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10% dari seluruh angka
kematian ibu.2
Sejak tahun
1986 di Amerika satu dari empat persalinan diakhiri dengan section caesarea pada tahun 1987 meningkat menjadi 17,5%. Dari
tahun 1865 sampai 1988, angka persalinan Sectio caesarea di Amerika
Serikat meningkat progresif dari hanya 4,5% menjadi 25%. Sebagian besar
peningkatan ini terjadi sekitar tahun 1970-an dan tahun 1980-an di seluruh negara
barat. Pada tahun 2002 mencapai 26,1%, angka tertinggi yang pernah tercatat di
Amerika Serikat.3
Persalinan melalui Sectio
caesarea tetap mengandung risiko
dan kerugian yang lebih besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih
besar seperti resiko kesakitan dan menghadapi masalah fisik pasca Sectio caesarea seperti timbulnya rasa
sakit, perdarahan, infeksi, kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan
tidur juga memiliki masalah secara psikologis karena kehilangan kesempatan
untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya.4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca Sectio caesarea adalah perawatan luka
insisi, tempat perawatan pasca Sectio caesarea, pemberian cairan, diit,
nyeri, mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin.
Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu
injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal.
Mobilisasi secara bertahap sangat berguna membantu jalannya penyembuhan luka
penderita. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam.5
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini
mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk
melakukan peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi dini dapat
dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pasien yang mengalami Sectio caesarea dianjurkan untuk tidak berdiam diri di tempat tidur tetapi harus
menggerakkan badan atau mobilisasi. Pada pasien post Sectio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak
tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal. Mobilisasi
segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan
mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka sectio caesarea. Jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling
dianjurkan.5
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan melalui
pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat
membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan
seseorang.6
Bila pasien mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
dan pendidikan yang tinggi, maka pasien akan cenderung melakukan upaya atau
memperlihatkan perilaku yang positif demi kesembuhan dirinya seperti minum obat
yang teratur dan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea sesui
petunjuk petugas kesehatan. Sebaliknya bila pasien mempunyai pengetahuan yang
kurang dan pendidikan yang rendah maka pasien cenderung kurang dan kurang
melakukan upaya penyembuhan dan tidak memperlihatkan perilaku yang positif.2
Pasien yang sudah diajarkan
mengenai gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pasca sectio caesarea akan mengalami peningkatan alternatif penanganan.
Informasi mengenai apa yang diharapkan selama melakukan tahapan mobilisasi
dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan
dan penerapan perawatan.7
Penyembuhan luka
dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh, kulit yang utuh merupakan garis
depan perlawanan terhadap masuknya organisme. Luka memiliki tepi yang
berlawanan , seperti pada luka operasi akan sembuh dengan cepat dengan
intensi pertama atau primer. Rata-rata
waktu penyembuhan luka terjadi pada fase proliferasi yaitu 6 – 3 minggu dimana
pada masa ini akan terbentuk jaringan yang baru.8
Sementara itu menurut penelitian di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda
Aceh menunjukkan selama 3 tahun pengamatan tercapai total 3151 persalinan yang
terdiri dari 1954 persalinan pervaginam dan 1197 persalinan perabdominam
.Indikasi Sectio caesarea sangat bervariasi dengan indikasi riwayat Sectio
caesarea sebelumnya sebanyak 158
kasus atau 13%. Dari jumlah tersebut 65 orang ibu (5,4%) yang mengalami infeksi saat
persalinan dengan Sectio caesarea.
Fenomena lain yang tampak pada ibu post Sectio
caesarea di Ruang Kebidanan
Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin pada bulan januari tahun 2012 yaitu masih
banyak ditemui ibu yang tidak mengetahui tentang pentingnya melakukan
mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan Sectio caesarea atau persalinan dengan komplikasi, selain itu masih tingginya kepercayaan
ibu-ibu hamil terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti; tidak boleh
banyak bergerak karena melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak
boleh berasal dari ikan-ikan laut.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan
data dilakukan dari tanggal 01 sampai dengan 12 september 2012. Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu
yang melahirkan secara sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda
Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan dengan
sectio caesarea selama 2 minggu di Ruang Kebidanan RSUZA sebanyak 35 orang.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan Accidental sampling, dan memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan sebagai berikut ; 1) Ibu
dengan post operasi sectio caesarea; 2)
Ibu dengan keadaan umum composmentis; 3). Bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria eksklusinya
adalah: sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang harus dikeluarkan
dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian
sehingga terjadi bias (Saryono, 2008). Kriteria eklusinya adalah: 1). Ibu yang
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, ibu dengan gizi buruk; 2). ibu
yang tidak bersedia menjadi responden. Alat
ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan dalam
bentuk kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan
dijawab langsung oleh responden tanpa diwakilkan kepada orang lain. Kuesioner terdiri dari 3 bagian, bagian pertama adalah
kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden, yang meliputi nama, umur,
pekerjaan dan pendidikan. Kuesioner kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu. Jumlah item kuesioner kedua adalah 10 item dengan teknik pertanyaan
tertutup dengan pilihan jawaban Benar-Salah. Kuesioner ketiga dan keempat
berbentuk cecklist yang diisi langsung oleh peneliti dengan mengobservasi
langsung pada responden apakah melaksanakan mobilisasi dini atau tidak dan
bagaimana proses kesembuhan luka pada ibu.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka, Tingkat Pengetahuan dan
Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea
di Ruang Kebidanan RSUZA Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Variabel
|
Frekuensi
|
%
|
1
2
3
|
Penyembuhan luka
-
Sembuh
-
Tidak sembuh
Tingkat pengetahuan
-
Baik
-
Kurang
Mobilisasi dini
-
Mobilisasi dini
-
Tidak mobilisasi dini
|
23
12
27
8
23
12
|
65,7
34,3
77,1
22,9
65,7
34,3
|
Tabel 1 menunjukkan bahwa penyembuhan luka pasca sectio caesarea dengan jumlah tertinggi adalah sembuh yaitu 23
orang (65,7%), Pengetahuan pasca sectio
caesarea dengan jumlah tertinggi
adalah pengetahuan baik yaitu 17 orang (48,6%), dan Pelaksanaan mobilisasi dini
ibu pasca sectio caesarea dengan jumlah tertinggi adalah mobilisasi dini
yaitu 23 orang (65,7%).
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penyembuhan
Luka Sectio Caesarea di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Pengetahuan
|
Penyembuhan
Luka
|
Jumlah
|
P. Value
|
||||
Sembuh
|
Tidak sembuh
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||
1
|
Baik
|
21
|
77,8
|
6
|
22,2
|
27
|
100
|
0,019
|
2
|
Kurang
|
2
|
25,0
|
6
|
75,0
|
8
|
100
|
|
Tabel
2 menunjukkan proporsi ibu dengan luka sectio
caesarea sembuh lebih tinggi pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari
pada yang berpengetahuan kurang (25,0%). Hasil analisis chi square test pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa ada
hubungan pengetahuan ibu dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,019).
Pengetahuan
mempunyai hubungan yang bermakna dalam tindakan mobilisasi dini, dimana hasil
penelitian didapatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden yang berada pada kategori
kurang dapat membuat ibu pasca sectio
caesarea tidak melakukan mobilisasi dini selama dirawat di rumah sakit.9
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih baik dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan melalui
pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat
membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan
seseorang. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Salah satunya adalah tingkat
pengetahuan dan tingkat pendidikkan. Tingkat Pengetahuan pasien dapat diperoleh
dari pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan harapan
pengetahuan tentang kesehatan lebih baik, sehingga pengetahuan diharapkan
berpengaruh terhadap perilaku. Pengetahuan yang dimiliki akan berdampak pada
perilaku yang positif begitu juga tingkat dengan tingkat pendidikan, makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi
sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan dapat secara
tidak langsung membentuk dan merubah sikap seseorang.6
Bila pasien mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
dan pendidikan yang tinggi, maka pasien akan cenderung melakukan upaya atau
memperlihatkan perilaku yang positif demi kesembuhan dirinya, seperti minum
obat yang teratur dan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea sesuai
petunjuk petugas kesehatan. Sebaliknya bila pasien mempunyai pengetahuan yang
kurang dan pendidikan yang rendah maka pasien cenderung kurang melakukan upaya
penyembuhan dan tidak memperlihatkan perilaku yang positif.9 Pasien
yang sudah diajarkan mengenai gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pasca sectio caesarea akan mengalami
peningkatan alternatif penanganan. Informasi mengenai apa yang diharapkan
selama melakukan tahapan mobilisasi dapat memberanikan pasien untuk
berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan penerapan perawatan.7
Mayoritas ibu berpengetahuan baik/cukup
sebagian besar melaksanakan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka sectio caesarea. hal ini karena selain banyak ibu yang telah
memperoleh ilmu pengetahuan dari bangku sekolah ibu juga mendapatkannya dari
internet, media dan lain sebagainya ibu juga dapat bimbingan dan motivasi dari
dokter maupun perawat diruangan tentang pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesarea.
Tabel
3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Sectio Caeserea di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012
No
|
Pelaksanaan Mobilisasi Dini
|
Penyembuhan Luka
|
Jumlah
|
P. Value
|
||||
Sembuh
|
Tidak sembuh
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|||
1
|
Mobilisasi
dini
|
20
|
87,0
|
3
|
13,0
|
23
|
100
|
0,001
|
2
|
Tidak
mobilisasi dini
|
3
|
25,0
|
9
|
75,0
|
12
|
100
|
|
Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada
ibu yang melaksanakan mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak mobilisasi dini (25,0%). Hasil analisis chi square test pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa
ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,001).
Mobilisasi dini
efektif terhadap penyembuhan pasien pasca sectio
caesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka
operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai interfensi
dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca sectio
caesarea. Kualitas mobilisasi dini memiliki efek positif pada pengurangan
lama rawat inap setelah operasi perut bagian atas.9
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat
penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah
baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di
seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya
gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daeah
operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut
jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat
sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami
suatu komplikasi yang tidak diinginkan.5
Menurut asumsi
peneliti dengan mobilisasi dini menyebabkan bertambahnya energi ke dalam sel
sehingga dapat membantu meningkatkan oksigenasi di dalam sel juga dapat
membantu perbaikan sel-sel tubuh terutama proses penyembuhan luka dan meningkatkan
metabolisme. Dengan tidak melakukan mobilisasi dini dapat menyebabkan turunnya
kecepatan metabolisme dalam tubuh dan
menyebabkan berkurangnya energi dan suplai nutrisi untuk perbaikan suplai tubuh
sehingga dapat mempengaruhi proses perbaikan sel.
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan mobilisasi
dini dengan penyembuhan luka sectio
caesarea di Ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012.
SARAN
Bagi pihak Rumah Sakit diharapkan
agar dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan mengimplementasikan lebih baik
tentang mobilisasi dini dan menjadi Protap di Rumah Sakit untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka sectio
caesarea. Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat memfasilitasi
proses mobilisasi, sehingga pasien melakukan mobilisasi sesuai dengan
ketentuan.
DAFTAR PUSTAKA
Muchtar, Rustam 2000. Sinopsis obstetri. jilid I dan II. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta
Farrer, Helen 2001. Perawatan
maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Harry
& Kadek. 2006. Profil Operasi sectio caesarea diakses tanggal 12 juni 2012
Depkes RI, 2006.
Pedoman pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Kasdu Dini,
2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya.
Jakarta : Puspa swara
Notoatmodjo
2003. Ilmu kesehatan masyarakat. EGC, Jakarta
Hoeman, S.P. 2011. Rehabilitation
Nursing (Process Aplication & out Comes). (3th edition),
United State Of Amerika; Mosby Inc.
Ruth
Johnson, 2005, Buku Ajar Praktek
Kebidanan,edisi 1 EGC, jakarta
Saifullah, 2006,
Perbedaan Efektifitas Mobilisasi aktif dan Pasif Terhadap Kecepatan Pemulihan
Pada Post Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Baptis
Kediri. http//:cungkring blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2012.
Fabriana
Dian,Ps 2010. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu dengan
pelaksanaan mobilisasi dini Ibu Post Partum Dengan Sectio sesaria Di Rsud
Ajibarang, Karya Tulis Ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar