Senin, 06 Juli 2015

Cut Yuniwati dan Lia Lajuna: Jurnal Pionir, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015, hal. 13-18

 GANGGUAN MENSTRUASI  KARENA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DALAM JANGKA PANJANG PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS GRONG-GRONG KABUPATEN PIDIE

Oleh :
Cut Yuniwati dan Lia Lajuna

ABSTRAK
 Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa. Pemerintah  dalam mengendalikan jumlah penduduk mengupayakan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia Subur (PUS). Pelaksanaan program KB diperlukan peran serta masyarakat dan pemerintah secara maksimal.  Kontrasepsi yang banyak dipakai di Indonesia sekarang ini adalah jenis kontrasepsi suntikan yang lebih efektif kerjanya, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Walaupun terdapat banyak keutungannya, kontrasepsi suntikan juga memiliki banyak kekurangannya diantaranya yaitu terganggunya siklus menstruasi seperti rasa mual, sakit kepala ringan, nyeri payudara ringan, perdarahan ireguler, menoragia dan amenore. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana efek pemakaian jangka panjang alat kontrasepsi suntikan terhadap siklus menstruasi pada akseptor KB.  Penelitian ini bersifat deskritif analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel melalui teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 102 orang. Kesimpulan dampak  lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan akan  gangguannya silkus menstruasi. Disarankan kepada petugas agar menyampaikan informasi yang selengkapnya pada aseptor KB suntik.  

Kata Kunci : Kontrasepsi KB Suntikan, Gangguan Menstruasi,  Akseptor KB

PENDAHULUAN
Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya, salah satu bentuk perhatian khusus pemerintah dalam menangani angka kelahiran yang tinggi tersebut adalah dengan melaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006).
Prawirohardjo (2008) menjelaskan kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.Salah satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible) (Hartanto, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri (Suparyanto, 2010).
Berdasarkan data dari BKKBN (2011), bahwa salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 seperti yang tercantum dalam Millenium DevelopmentGoals (MDGs) 2015.
Program Keluarga Berencana (KB) yang dikenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor yang berada dibidang itu, baik didalam maupun diluar negeri. Pelaksanaan program perlu mengikut sertakan seluruh masyarakat dan pemerintah secara maksimal serta diselenggarakan secara teratur, terencana dan terarah demi terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Meilani, 2010).
Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) saat ini yaitu 1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa pengendalian yang berarti maka jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 249 juta jiwa pada tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun 2015 (Glasier, 2011).                                                                                         Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat dari pada penurunan karena kematian.Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7/1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama (Sujiyatini, 2009). Kontrasepsi suntikan adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.Sebelum disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan kecocokannya.Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun (Chichi, 2008).                                                Menurut Saifuddin (2006) kerugian penggunaan KB suntik adalah terganggunya siklus menstruasi diantaranya rasa mual, sakit kepala ringan, nyeri payudara ringan, perdarahan ireguler,  menoragia dan spotting paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan, setelah 1 tahun penyuntikan akan tejadi amenore pada kebanyakan wanita. Efektifitas berkurang bila digunakan bersamaan obat-obat epilepsi atau obat tuberkulosis, dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati, penambahan berat badan tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau infeksi virus HIV, kemungkinan telambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.                                              Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh.atau bisa juga terjadi karena penyakit didalam organ reproduksi, contohnya tumor rahim, tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan dan penggunaan kontrasepsi (Dechahare, 2011).                                                                                             
Di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie dari 160 orang  akseptor KB suntikan dan diperkirakan yang mengalami kenaikan berat badan berjumlah 98 orang, yang mengalami gangguan mentruasi 65 orang (amenore 27 orang, perdarahan ireguler 25 orang, perubahan siklus 22 orang dan spotting 26 orang). Dari jumlah tersebut akseptor yang tidak menggunakan kontrasepsi suntikan lagi berjumlah 34 orang akibat efek yang didapat. Untuk lama pemakaian masing-masing akseptor beragam, mulai dari 1 tahun sudah mengalami gangguan siklus mestruasi

METODE PENELITIAN
            Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2014 .Jumlah populasi yang diambil adalah 160 orang pada pengguna akseptor KB. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu sebanyak 102 orang.

HASIL PENELITIAN
1.      Hubungan Lama Pemakaian Alat Kotrasepsi Suntikan dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB

No
Gangguan haid
Lama Pemakaian Alat Kontrasesi suntikan
Total
p value
Diatas 1 tahun
Dibawah 1 tahun
f
%
f
%
f
%

0,02
1.
Ya
46
78,3
20
21,7
 66
100
2.
Tidak
17
43,8
19
56,3
36
100

            Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa diantara 66 responden yang lama memakai alat kontrasepsi suntikanmengalami gangguan menstruasi sebanyak 46 responden  (78,3%), dan diantara 36 responden yang baru memakai alat kontrasepsi suntikanjuga mengalami gangguan menstruasiyaitu sebanyak 20 responden (21,7%). Hasil uji statistik diperoleh p-value adalah 0,02. Dimana p-value jika 0,02 ≤ 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa hipotesa kerja (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan terhadap gangguan menstruasi.

PEMBAHASAN
1.      Hubungan Lama Pemakaian Alat Kotrasepsi Suntikan dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada hubungan antara lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan terhadap gangguan menstruasi di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie.
Secara teoritis Munir (2007) menjelaskan Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara. Macam-macam suntikan tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% per 100 wanita/tahun. Pada saat ini terdapat dua macam suntikan bagi wanita yaitu golongan progestin seperti Depo provera yang diberikan tiap 12 minggu dan golongan progestin dengan campuran estrogen propionat seperti Cyclofem yang diberikan tiap 4 minggu. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efek samping berupa perdarahan yang tidak teratur, seperti spotting atau perdarahan banyak, menurunnya libido, berat badan bertambah, amenorhoe, depresi/perasaan lesu, timbul jerawat dan migrain.  Dan tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.
Hartanto (2005) juga mengemukakan bahwa pada penggunaan kontrasepsi suntikan gangguan haid yang dapat terjadi adalah amenorhoe, perdarahan ireguler, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan perdarahan bercak-bercak berkurang dengan jalannya waktu sedangkan kejadian amenorhoe bertambah besar. Percobaan untuk mencegah perdarahan ireguler yang disebabkan oleh kontrasepsi suntikan pada umum nya tidak memuaskan meskipun pernah dicoba untuk digunakan suplemen estrogen secara rutin tetap tidak terbukti bahwa hal ini mengurangi atau menghentikan gangguan pola haid.
Demikian juga dengan Riyanti (2012) yang menjelaskan bahwa ketidakaturan mensturasi lebih besar terjadi pada pemakai kontrasepsi jenis suntik tiga bulan. Pada pemakaian kontrasepsi bulanan terjadi perdarahan yang tidak teratur terjadi terutama selama tiga bulan pertama. Pengguna kontrasepsi tiga bulan sebagian besar akseptor tidak menstruasi setelah pemakaian.Efek yang dapat ditimbulkan pada aseptor setelah pemakaian kontrasepsi tiga bulan Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) terjadi amenorea pada 3 bulan pertama. Hal ini yang menunjukkan bahwa akseptor yang menggunakan kontrasepsi tiga bulan akan mengalami ketidak teraturan dalam pola menstruasi, dan dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan Depo (DMPA) yang berlangsung lama akan menyebabkan akseptor tidak haid sama sekali. 
Dalam hal lainMansjoer (2005) juga menjelaskan siklus perdarahan haid lamanya 2-6 hari. Pada siklus 28 hari maka hari ke-5 sampai hari ke-14 adalah fase proliferasi yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Akibat pengaruh estradiol dan progesteron maka akan terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemia. Dengan demikian akan timbul perdarahan, beberapa gangguan haid yaitu gangguan yang berhubungan dengan haid seperti pre menstrual tension, mastodinia, rasa nyeri pada ovulasi dan dismenorhoe. Sementara perdarahan uterus yang abnormal seperti gangguan siklus (poli menorhoe, oligo menorhoe dan amenorhoe), gangguan perdarahan seperti hipomenorhoe, hipermenorhoe, menoragia dan spotting.
Lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan  sangat mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan menstruasi,  karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan. Penggunaan kontrasepsi progestin menyebakan ketidakseimbangan hormon, dengan penggunaan suntik hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak pendarahan. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun dengan makin lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami amenore makin banyak dengan makin lamanya pemakaian.

KESIMPULAN
Dampak pemakaian alat kontrasepsi suntikan jangka panjang akan  mengganggu siklus menstruasi  

SARAN
Diharapkan kepada petugas kesehatan  agar dapat meningkatkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan  pemakaian alat kontrasepsi suntikan.jangka panjang dan dapat memberikan solusi bagi yang bermasalah ketika pemakaian alat kontrasepsi suntikan jangka panjang

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2011. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Pelayanan Kontrasepsi. Maret. Jakarta
Chichi, 2008.Dampak Kontrasepsi Suntik Bagi Wanitadiakses tanggal 27 April 2013.http://www.cepatpunyaanak.com/237/dampak-kontrasepsi-suntik-bagi-wanita.html.
Dechacare.2011. Hati-hati gangguan haid pada wanita http://doktersehat.com/hati-hati-gangguan-haid-pada-wanita/, diakses tanggal 12 januari 2013.
Glasier, 2011. Cegah Ledakan Penduduk Dengan Alat Kontrasepsi, http://polyandu .orang/kb-artikel-media/382-cegah-ledakan-penduduk-dengan-alat-kontrasepsi, html. Di Akses Tanggal 27 April 2013.
Hartanto, 2005.Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, EGC, Jakarta.
Mansjoer, 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I Media Aesculapius, FKUI. Jakarta.
Meilani dkk, 2010.Pelayanan Keluarga Berencana, Fitramaya. Yogyakarta.
Munir, 2007, Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Efek Samping Amenorhoe, Jurnal Kesehatan, Jakarta.
Prawirohardjo, 2008, Ilmu Kebidanan, YBPSP, FKUI, Jakarta.
Riyanti, 2012, Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Gangguan Menstruasi, Jurnal Kesehatan, Jakarta.
Saifuddin, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, JHIPIEGO, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar