GANGGUAN MENSTRUASI KARENA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIKAN DALAM JANGKA PANJANG PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS GRONG-GRONG KABUPATEN PIDIE
Oleh :
Cut
Yuniwati dan Lia Lajuna
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara
dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India,
dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini
adalah 230 juta jiwa. Pemerintah dalam
mengendalikan jumlah penduduk mengupayakan melaksanakan program Keluarga
Berencana (KB) bagi pasangan Usia Subur (PUS). Pelaksanaan program KB diperlukan
peran serta masyarakat dan pemerintah secara maksimal. Kontrasepsi yang banyak
dipakai di Indonesia sekarang ini adalah jenis kontrasepsi suntikan yang lebih
efektif kerjanya, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman. Walaupun
terdapat banyak keutungannya, kontrasepsi suntikan juga memiliki banyak
kekurangannya diantaranya yaitu terganggunya siklus menstruasi seperti rasa mual, sakit kepala ringan, nyeri payudara ringan, perdarahan ireguler, menoragia dan amenore. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana efek pemakaian jangka panjang alat
kontrasepsi suntikan terhadap siklus menstruasi pada akseptor KB. Penelitian ini bersifat deskritif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel melalui teknik purposive sampling
dengan jumlah sampel 102 orang.
Kesimpulan dampak lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan
akan gangguannya silkus menstruasi.
Disarankan kepada petugas agar menyampaikan informasi yang selengkapnya pada
aseptor KB suntik.
Kata Kunci : Kontrasepsi KB Suntikan, Gangguan
Menstruasi, Akseptor KB
PENDAHULUAN
Tingginya
angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah besar dan memerlukan
perhatian khusus dalam penanganannya, salah satu bentuk perhatian khusus
pemerintah dalam menangani angka kelahiran yang tinggi tersebut adalah dengan
melaksanakan pembangunan dan keluarga berencana secara komprehensif (Saifuddin,
2006).
Prawirohardjo (2008) menjelaskan kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat
juga bersifat permanen.Salah
satu tujuan utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode
kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama, yang tidak membutuhkan pemakaian
setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible)
(Hartanto, 2005).
Menurut
World Health Organization (WHO) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri (Suparyanto, 2010).
Berdasarkan
data dari BKKBN (2011), bahwa salah satu upaya pemerintah
dalam mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga
Berencana (KB) bagi pasangan Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah
penduduk program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi
bagi semua pada tahun 2015 seperti yang tercantum dalam Millenium
DevelopmentGoals (MDGs) 2015.
Program Keluarga Berencana (KB) yang dikenal seperti sekarang ini adalah buah
perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor yang berada
dibidang itu, baik didalam maupun diluar negeri. Pelaksanaan program perlu
mengikut sertakan seluruh masyarakat dan pemerintah secara maksimal serta
diselenggarakan secara teratur, terencana dan terarah demi terwujudnya tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan (Meilani, 2010).
Indonesia
merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk
setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah
penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk (LPP) saat ini yaitu 1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa
pengendalian yang berarti maka jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi
249 juta jiwa pada tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun 2015 (Glasier,
2011). Pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode
2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000,
penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian
antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan 0,92
persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya
tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat
dari pada penurunan karena kematian.Crude Birth Rate (CBR) turun dari
sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk
pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar
7/1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama (Sujiyatini, 2009). Kontrasepsi suntikan adalah salah satu cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal
jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang
efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif murah dan aman.Sebelum
disuntik, kesehatan ibu harus diperiksa dulu untuk memastikan
kecocokannya.Suntikan diberikan saat ibu dalam keadaan tidak hamil. Umumnya
pemakai suntikan KB mempunyai persyaratan sama dengan pemakai pil, begitu pula
bagi orang yang tidak boleh memakai suntikan KB, termasuk penggunaan cara KB
hormonal selama maksimal 5 tahun (Chichi, 2008). Menurut Saifuddin (2006) kerugian penggunaan KB suntik adalah terganggunya
siklus menstruasi diantaranya rasa mual, sakit kepala ringan, nyeri payudara
ringan, perdarahan ireguler, menoragia
dan spotting paling sering terjadi pada bulan pertama penyuntikan, setelah 1
tahun penyuntikan akan tejadi amenore pada kebanyakan wanita. Efektifitas
berkurang bila digunakan bersamaan obat-obat epilepsi atau obat tuberkulosis,
dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan
darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati, penambahan berat
badan tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus atau infeksi virus HIV, kemungkinan telambatnya pemulihan
kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Ketidakteraturan
siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam tubuh.atau bisa juga terjadi karena penyakit didalam organ reproduksi,
contohnya tumor rahim, tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid
disebabkan juga karena faktor lainnya seperti stres, kelelahan dan penggunaan
kontrasepsi (Dechahare, 2011).
Di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie dari 160 orang akseptor KB suntikan
dan diperkirakan yang mengalami kenaikan berat
badan berjumlah 98 orang, yang mengalami gangguan mentruasi 65 orang (amenore 27 orang, perdarahan ireguler 25 orang,
perubahan siklus 22 orang dan spotting 26 orang). Dari jumlah tersebut akseptor yang tidak menggunakan kontrasepsi
suntikan lagi berjumlah 34 orang akibat efek yang didapat. Untuk lama pemakaian
masing-masing akseptor beragam, mulai dari 1 tahun sudah mengalami gangguan
siklus mestruasi
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini bersifat deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian
ini dilakukan di Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie Tahun 2014 .Jumlah populasi yang diambil adalah
160 orang pada pengguna akseptor KB. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu sebanyak 102 orang.
HASIL PENELITIAN
1.
Hubungan Lama Pemakaian Alat Kotrasepsi Suntikan
dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB
No
|
Gangguan haid
|
Lama
Pemakaian Alat Kontrasesi suntikan
|
Total
|
p value
|
||||
Diatas 1 tahun
|
Dibawah 1
tahun
|
|||||||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
0,02
|
||
1.
|
Ya
|
46
|
78,3
|
20
|
21,7
|
66
|
100
|
|
2.
|
Tidak
|
17
|
43,8
|
19
|
56,3
|
36
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa diantara 66 responden yang lama memakai
alat kontrasepsi suntikanmengalami gangguan menstruasi sebanyak 46
responden (78,3%), dan diantara 36
responden yang baru memakai alat kontrasepsi suntikanjuga mengalami gangguan
menstruasiyaitu sebanyak 20 responden (21,7%). Hasil uji statistik diperoleh p-value adalah 0,02. Dimana p-value jika 0,02 ≤ 0,05, sehingga dapat
diketahui bahwa hipotesa kerja (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan antara lama
pemakaian alat kontrasepsi suntikan terhadap gangguan menstruasi.
PEMBAHASAN
1.
Hubungan Lama
Pemakaian Alat Kotrasepsi Suntikan dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada hubungan antara
lama pemakaian alat kontrasepsi suntikan terhadap gangguan menstruasi di
Puskesmas Grong-Grong Kabupaten Pidie.
Secara
teoritis Munir (2007) menjelaskan Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi
sementara. Macam-macam suntikan tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan
angka kegagalan kurang dari 0,1% per 100 wanita/tahun. Pada saat ini terdapat
dua macam suntikan bagi wanita yaitu golongan progestin seperti Depo
provera yang diberikan tiap 12 minggu dan golongan progestin dengan campuran estrogen
propionat seperti Cyclofem yang
diberikan tiap 4 minggu. Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efek
samping berupa perdarahan yang tidak teratur, seperti spotting atau perdarahan
banyak, menurunnya libido, berat badan bertambah, amenorhoe, depresi/perasaan
lesu, timbul jerawat dan migrain. Dan
tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien,
karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap
klien.
Hartanto
(2005) juga mengemukakan bahwa pada penggunaan kontrasepsi suntikan gangguan
haid yang dapat terjadi adalah amenorhoe, perdarahan ireguler, perdarahan
bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.Efek pada
pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter menstrual dan
perdarahan bercak-bercak berkurang dengan jalannya waktu sedangkan kejadian
amenorhoe bertambah besar. Percobaan untuk mencegah perdarahan ireguler yang
disebabkan oleh kontrasepsi suntikan pada umum nya tidak memuaskan meskipun
pernah dicoba untuk digunakan suplemen estrogen secara rutin tetap tidak
terbukti bahwa hal ini mengurangi atau menghentikan gangguan pola haid.
Demikian
juga dengan Riyanti (2012) yang menjelaskan bahwa ketidakaturan mensturasi
lebih besar terjadi pada pemakai kontrasepsi jenis suntik tiga bulan. Pada
pemakaian kontrasepsi bulanan terjadi perdarahan yang tidak teratur terjadi
terutama selama tiga bulan pertama. Pengguna kontrasepsi tiga bulan sebagian
besar akseptor tidak menstruasi setelah pemakaian.Efek yang dapat ditimbulkan
pada aseptor setelah pemakaian kontrasepsi tiga bulan Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) terjadi amenorea pada 3
bulan pertama. Hal ini yang menunjukkan bahwa akseptor yang menggunakan
kontrasepsi tiga bulan akan mengalami ketidak teraturan dalam pola menstruasi,
dan dengan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan Depo (DMPA) yang berlangsung
lama akan menyebabkan akseptor tidak haid sama sekali.
Dalam
hal lainMansjoer (2005) juga menjelaskan siklus perdarahan haid lamanya 2-6 hari. Pada
siklus 28 hari maka hari ke-5 sampai hari ke-14 adalah fase proliferasi yang
dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi. Akibat
pengaruh estradiol dan progesteron maka akan terjadi penyempitan pembuluh darah
endometrium yang berlanjut dengan iskemia. Dengan demikian akan timbul
perdarahan, beberapa gangguan haid yaitu gangguan yang berhubungan dengan haid
seperti pre menstrual tension, mastodinia, rasa nyeri pada ovulasi dan
dismenorhoe. Sementara perdarahan uterus yang abnormal seperti gangguan siklus (poli menorhoe, oligo menorhoe dan amenorhoe), gangguan perdarahan seperti
hipomenorhoe, hipermenorhoe, menoragia dan
spotting.
Lama
pemakaian alat kontrasepsi suntikan
sangat mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan menstruasi, karena adanya ketidakseimbangan hormon
sehingga endometrium mengalami perubahan. Penggunaan kontrasepsi progestin
menyebakan ketidakseimbangan hormon, dengan penggunaan suntik hormonal tersebut
membuat dinding endometrium yang semakin menipis hingga menimbulkan bercak
pendarahan. Perdarahan bercak merupakan keluhan terbanyak, yang akan menurun
dengan makin lamanya pemakaian tetapi sebaliknya jumlah kasus yang mengalami
amenore makin banyak dengan makin lamanya pemakaian.
KESIMPULAN
Dampak pemakaian alat kontrasepsi suntikan jangka panjang akan mengganggu siklus menstruasi
SARAN
Diharapkan
kepada petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan pemakaian alat kontrasepsi suntikan.jangka
panjang dan dapat memberikan solusi bagi yang bermasalah ketika pemakaian alat
kontrasepsi suntikan jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2011. Laporan Umpan Balik
Hasil Pelaksanaan Pelayanan Kontrasepsi. Maret. Jakarta
Chichi, 2008.Dampak Kontrasepsi Suntik Bagi Wanitadiakses tanggal 27 April 2013.http://www.cepatpunyaanak.com/237/dampak-kontrasepsi-suntik-bagi-wanita.html.
Dechacare.2011. Hati-hati gangguan
haid pada wanita http://doktersehat.com/hati-hati-gangguan-haid-pada-wanita/, diakses tanggal 12 januari 2013.
Glasier, 2011. Cegah Ledakan Penduduk Dengan Alat Kontrasepsi, http://polyandu
.orang/kb-artikel-media/382-cegah-ledakan-penduduk-dengan-alat-kontrasepsi,
html. Di Akses Tanggal 27 April 2013.
Hartanto, 2005.Keluarga
Berencana Dan Kontrasepsi, EGC, Jakarta.
Mansjoer, 2005. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid I Media Aesculapius, FKUI. Jakarta.
Meilani dkk, 2010.Pelayanan Keluarga Berencana, Fitramaya. Yogyakarta.
Munir, 2007, Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Suntik Dengan Efek Samping Amenorhoe, Jurnal
Kesehatan, Jakarta.
Prawirohardjo, 2008,
Ilmu Kebidanan, YBPSP, FKUI, Jakarta.
Riyanti, 2012, Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan Dengan Gangguan Menstruasi, Jurnal Kesehatan, Jakarta.
Saifuddin, 2006, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, JHIPIEGO,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar