Senin, 06 Juli 2015

Putri Santy: Jurnal Pionir, Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015, hal. 29-36

TINGKAT PENGETAHUAN DAN MOBILISASI DINI DENGAN PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Oleh:
Putri Santy

ABSTRAK
Persalinan dengan Sectio caesarea semakin banyak dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir, saat ini Sectio caesarea sudah menjadi sesuatu yang umum. Hal tersebut menimbulkan adanya kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Pada tahun 2011 jumlah persalinan dengan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin sebanyak 608 kasus, dan dari jumlah tersebut ternyata banyak yang tidak melakukan mobilisasi dini setelah 6-10 jam setelah operasi dengan alasan  ketakutan akan robeknya jahitan dan rasa sakit yang sangat dirasakan serta masih banyaknya mitos yang beredar bahwa tidak boleh banyak bergerak dan makan makanan yang berasal dari laut hal ini menyebabkan penyembuhan luka bertambah lama. Jenis penelitian adalah observasional analitik mengunakan rancangan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel menggunakan  accidental sampling. Jumlah responden 35 orang. Hasi analisa data menggunakan uji chi square test didapatkan bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari pada yang berpengetahuan kurang (25,0%) dengan p value 0,019. Proporsi ibu dengan luka sectio caesarea  sembuh lebih tinggi pada ibu yang melaksanakan mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak melakukan mobilisasi dini (25,0%),dengan nilai  p value 0,001. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea. Diharapkan pihak rumah sakit dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan mengimplementasikan lebih baik tentang mobilisasi supaya dapat membantu mempercepat penyembuhan luka sectio caesarea.

Kata Kunci: Pengetahuan, Mobilisasi dini, Penyembuhan luka, Sectio Caesarea

PENDAHULUAN
Kasus persalinan dengan Sectio caesarea semakin banyak dilakukan dan semakin tinggi tingkat keberhasilannya, walaupun tetap dipandang sebagai suatu upaya terakhir, saat ini Sectio caesarea sudah menjadi sesuatu yang umum (Kasdu, 2003). Sectio caesarea yang dilakukan sekarang jauh lebih aman dibandingkan masa dahulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi, dan tekhnik operasi yang lebih sempurna. Hal tersebut menimbulkan adanya kecenderungan untuk melakukan operasi tanpa dasar indikasi yang cukup kuat.1
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan Sectio caesarea adalah sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri, presentasi Sectio caesarea sekitar 5%. Kematian ibu akibat Sectio caesarea itu sendiri menunjukkan angka 1 per 1.000 persalinan. Menurut Bensons dan Pernolls (2007), angka kematian neonatus pada Sectio caesarea adalah 40-80  tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar di banding persalinan pervagina. Sectio caesarea memiliki resiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibanding dengan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10% dari seluruh angka kematian ibu.2
Sejak tahun 1986 di Amerika satu dari empat persalinan diakhiri dengan section caesarea pada tahun 1987 meningkat menjadi 17,5%. Dari tahun 1865 sampai 1988, angka persalinan Sectio caesarea di Amerika Serikat meningkat progresif dari hanya 4,5% menjadi 25%. Sebagian besar peningkatan ini terjadi sekitar tahun 1970-an dan tahun 1980-an di seluruh negara barat. Pada tahun 2002 mencapai 26,1%, angka tertinggi yang pernah tercatat di Amerika Serikat.3
Persalinan melalui Sectio caesarea tetap mengandung risiko dan kerugian yang lebih besar seperti risiko kematian dan komplikasi yang lebih besar seperti resiko kesakitan dan menghadapi masalah fisik pasca Sectio caesarea seperti timbulnya rasa sakit, perdarahan, infeksi, kelelahan, sakit punggung, sembelit dan gangguan tidur juga memiliki masalah secara psikologis karena kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan bayi dan merawatnya.4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan pasca Sectio caesarea adalah perawatan luka insisi, tempat perawatan pasca Sectio caesarea, pemberian cairan, diit, nyeri, mobilisasi dini, kateterisasi, pemberian obat-obatan dan perawatan rutin. Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Mobilisasi secara bertahap sangat berguna membantu jalannya penyembuhan luka penderita. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam.5
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pasien yang mengalami Sectio caesarea dianjurkan untuk tidak berdiam diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi. Pada pasien post Sectio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal. Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka sectio caesarea. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan.5
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan seseorang.6
Bila pasien mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan pendidikan yang tinggi, maka pasien akan cenderung melakukan upaya atau memperlihatkan perilaku yang positif demi kesembuhan dirinya seperti minum obat yang teratur dan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea  sesui petunjuk petugas kesehatan. Sebaliknya bila pasien mempunyai pengetahuan yang kurang dan pendidikan yang rendah maka pasien cenderung kurang dan kurang melakukan upaya penyembuhan dan tidak memperlihatkan perilaku yang positif.2
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pasca sectio caesarea akan mengalami peningkatan alternatif penanganan. Informasi mengenai apa yang diharapkan selama melakukan tahapan mobilisasi dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan penerapan perawatan.7
Penyembuhan luka dimulai sejak terjadinya cedera pada tubuh, kulit yang utuh merupakan garis depan perlawanan terhadap masuknya organisme. Luka memiliki tepi yang berlawanan , seperti pada luka operasi akan sembuh dengan cepat dengan intensi  pertama atau primer. Rata-rata waktu penyembuhan luka terjadi pada fase proliferasi yaitu 6 – 3 minggu dimana pada masa ini akan terbentuk jaringan yang baru.8 
Sementara itu menurut penelitian di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan selama 3 tahun pengamatan tercapai total 3151 persalinan yang terdiri dari 1954 persalinan pervaginam dan 1197 persalinan perabdominam .Indikasi Sectio caesarea sangat bervariasi dengan indikasi riwayat Sectio caesarea sebelumnya sebanyak 158 kasus atau 13%. Dari jumlah tersebut 65 orang ibu (5,4%) yang mengalami infeksi saat persalinan dengan Sectio caesarea.
Fenomena lain yang tampak pada ibu post Sectio caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin pada bulan januari tahun 2012 yaitu masih banyak ditemui ibu yang tidak mengetahui tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan Sectio caesarea atau persalinan dengan komplikasi, selain itu masih tingginya kepercayaan ibu-ibu hamil terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti; tidak boleh banyak bergerak karena melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak boleh berasal dari ikan-ikan laut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 01 sampai dengan 12 september 2012.  Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang melahirkan secara sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea selama 2 minggu di Ruang Kebidanan RSUZA sebanyak 35 orang. Cara pengambilan sampel yaitu dengan Accidental sampling, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yang ditetapkan sebagai berikut ; 1) Ibu dengan post operasi sectio caesarea;  2) Ibu dengan keadaan umum composmentis; 3). Bersedia menjadi  responden. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah: sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2008). Kriteria eklusinya adalah: 1). Ibu yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, ibu dengan gizi buruk; 2). ibu yang tidak bersedia menjadi responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup dan dijawab langsung oleh responden tanpa diwakilkan kepada orang lain. Kuesioner terdiri dari 3 bagian, bagian pertama adalah kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden, yang meliputi nama, umur, pekerjaan dan pendidikan. Kuesioner kedua adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu. Jumlah item kuesioner kedua adalah 10 item dengan teknik pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban Benar-Salah. Kuesioner ketiga dan keempat berbentuk cecklist yang diisi langsung oleh peneliti dengan mengobservasi langsung pada responden apakah melaksanakan mobilisasi dini atau tidak dan bagaimana proses kesembuhan luka pada ibu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka, Tingkat Pengetahuan  dan   Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan RSUZA Banda Aceh Tahun 2012

No
Variabel
Frekuensi
%
1


2


3


Penyembuhan luka
-       Sembuh
-       Tidak sembuh
Tingkat pengetahuan
-       Baik
-       Kurang
Mobilisasi dini
-       Mobilisasi dini
-       Tidak mobilisasi dini

23
12

27
8

23
12

65,7
34,3

77,1
22,9

65,7
34,3


Tabel 1 menunjukkan bahwa penyembuhan luka pasca sectio caesarea  dengan jumlah tertinggi adalah sembuh yaitu 23 orang (65,7%), Pengetahuan pasca sectio caesarea  dengan jumlah tertinggi adalah pengetahuan baik yaitu 17 orang (48,6%), dan Pelaksanaan mobilisasi dini ibu pasca sectio caesarea  dengan jumlah tertinggi adalah mobilisasi dini yaitu 23 orang (65,7%).

Tabel 2.  Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Penyembuhan Luka Sectio Caesarea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012

No
Pengetahuan
Penyembuhan Luka
Jumlah

P. Value
Sembuh
Tidak sembuh
f
%
f
%
f
%
1
Baik
21
77,8
6
22,2
27
100
0,019
2
Kurang
2
25,0
6
75,0
8
100



Tabel 2 menunjukkan proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada yang berpengetahuan baik (77,8%) dari pada yang berpengetahuan kurang (25,0%). Hasil analisis chi square test pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,019).
Pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dalam tindakan mobilisasi dini, dimana hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan yang dimiliki  oleh responden yang berada pada kategori kurang dapat membuat ibu pasca sectio caesarea tidak melakukan mobilisasi dini selama dirawat di rumah sakit.9
            Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam bertindak dan berpengaruh pada kesiapan seseorang. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Salah satunya adalah tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikkan. Tingkat Pengetahuan pasien dapat diperoleh dari pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan harapan pengetahuan tentang kesehatan lebih baik, sehingga pengetahuan diharapkan berpengaruh terhadap perilaku. Pengetahuan yang dimiliki akan berdampak pada perilaku yang positif begitu juga tingkat dengan tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan dapat secara tidak langsung membentuk dan merubah sikap seseorang.6
Bila pasien mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan pendidikan yang tinggi, maka pasien akan cenderung melakukan upaya atau memperlihatkan perilaku yang positif demi kesembuhan dirinya, seperti minum obat yang teratur dan melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea  sesuai petunjuk petugas kesehatan. Sebaliknya bila pasien mempunyai pengetahuan yang kurang dan pendidikan yang rendah maka pasien cenderung kurang melakukan upaya penyembuhan dan tidak memperlihatkan perilaku yang positif.9 Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pasca sectio caesarea akan mengalami peningkatan alternatif penanganan. Informasi mengenai apa yang diharapkan selama melakukan tahapan mobilisasi dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan penerapan perawatan.7
Mayoritas ibu berpengetahuan baik/cukup sebagian besar melaksanakan mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka sectio caesarea.  hal ini karena selain banyak ibu yang telah memperoleh ilmu pengetahuan dari bangku sekolah ibu juga mendapatkannya dari internet, media dan lain sebagainya ibu juga dapat bimbingan dan motivasi dari dokter maupun perawat diruangan tentang pelaksanaan mobilisasi dini pasca sectio caesarea.

Tabel 3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka Sectio Caeserea di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zaenoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012

No
Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Penyembuhan Luka
Jumlah

P. Value
Sembuh
Tidak sembuh
f
%
f
%
f
%
1
Mobilisasi dini
20
87,0
3
13,0
23
100
0,001
2
Tidak mobilisasi dini
3
25,0
9
75,0
12
100



Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi ibu dengan luka sectio caesarea sembuh lebih tinggi pada ibu yang melaksanakan mobilisasi dini (87,0%) dari pada yang tidak  mobilisasi dini (25,0%). Hasil analisis chi square test  pada tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea (p=0,001).
Mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca sectio caesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai interfensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca sectio caesarea. Kualitas mobilisasi dini memiliki efek positif pada pengurangan lama rawat inap setelah operasi perut bagian atas.9
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daeah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.5
Menurut asumsi peneliti dengan mobilisasi dini menyebabkan bertambahnya energi ke dalam sel sehingga dapat membantu meningkatkan oksigenasi di dalam sel juga dapat membantu perbaikan sel-sel tubuh terutama proses penyembuhan luka dan meningkatkan metabolisme. Dengan tidak melakukan mobilisasi dini dapat menyebabkan turunnya kecepatan  metabolisme dalam tubuh dan menyebabkan berkurangnya energi dan suplai nutrisi untuk perbaikan suplai tubuh sehingga dapat mempengaruhi proses perbaikan sel.

KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan mobilisasi dini dengan penyembuhan luka sectio caesarea  di Ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012.

SARAN
Bagi pihak Rumah Sakit diharapkan agar dapat mengidentifikasi, merencanakan, dan mengimplementasikan lebih baik tentang mobilisasi dini dan menjadi Protap di Rumah Sakit untuk membantu mempercepat penyembuhan luka sectio caesarea. Kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat memfasilitasi proses mobilisasi, sehingga pasien melakukan mobilisasi sesuai dengan ketentuan.

DAFTAR PUSTAKA

Muchtar, Rustam  2000. Sinopsis obstetri. jilid I dan II. Penerbit Kedokteran EGC, Jakarta
Farrer, Helen 2001. Perawatan maternitas, edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Harry & Kadek. 2006. Profil Operasi sectio caesarea diakses tanggal 12 juni 2012
Depkes RI, 2006. Pedoman pelayanan kesehatan perinatal di puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Kasdu Dini, 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspa swara
Notoatmodjo 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. EGC, Jakarta
Hoeman, S.P. 2011. Rehabilitation Nursing (Process Aplication & out Comes). (3th edition), United State Of Amerika; Mosby Inc.
Ruth Johnson, 2005, Buku Ajar Praktek Kebidanan,edisi 1 EGC, jakarta
Saifullah, 2006, Perbedaan Efektifitas Mobilisasi aktif dan Pasif Terhadap Kecepatan Pemulihan Pada Post Sectio Caesarea Di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah sakit Baptis Kediri. http//:cungkring blogspot.com. Diakses tanggal 27 Agustus 2012.
Fabriana Dian,Ps 2010. Hubungan Tingkat pengetahuan Ibu dengan pelaksanaan mobilisasi dini Ibu Post Partum Dengan Sectio sesaria Di Rsud Ajibarang, Karya Tulis Ilmiah.