PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PRAKTIK MENYUSUI
DI PUSKESMAS
SERUWAI DAN PUSKESMAS MANYAK PAYED KABUPATEN ACEH TAMIANG
Oleh:
Putri Santy
ABSTRAK
Penerapan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi kejadian kematian pada balita sebesar 8,8%.
IMD juga meningkatkan keberhasilan pemberian ASI ekslusif dan lama menyusui
sampai dua tahun. Pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir belum menjadi
prosedur tetap pertolongan persalinan di Kabupaten Aceh Tamiang, yang
disebabkan minimnya bidan terlatih dalam pelaksanaan IMD. Hal ini menyebabkan
pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Aceh Tamiang untuk tahun 2012 sebesar
7,6%, sangat jauh dari cakupan nasional sebesar 80%. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap praktik menyusui. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan rancangan cross cectional study. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Puskesmas rawat inap
Seruwai dan Puskesmas rawat inap Manyak Payed. Pengambilan
sampel menggunakan teknik accidental sampling diperoleh total sampel 40 orang.
Perolehan data penelitian melalui kuesioner dan observasi langsung. Analisa
data dengan chi square test diperoleh hasil ada pengaruh Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) dengan praktik menyusui dengan nilai p 0,026 dan keberhasilan
praktik menyusui secara predominan breastfeeding 5 kali lebih berhasil pada bayi yang mendapatkan IMD dibandingkan
yang tidak IMD dengan nilai OR 5,57. Kesimpulan penelitian
ini adalah ada pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan praktik menyusui. Saran
ditujukan kepada pengambil kebijakan untuk menetapkan pelaksanaan IMD sebagai
prosedur tetap pertolongan persalinan, dan kepada bidan untuk memfasilitasi IMD
pada setiap proses persalinan.
Kata Kunci: Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Praktik menyusui
PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization
(WHO) tahun 2000 di enam negara berkembang, resiko kematian bayi usia 9-12
bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Sedangkan jika usia bayi
dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, artinya IMD mengurangi
angka kematian Balita 8,8%. IMD meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusui sampai dua tahun. Dengan
demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh.1
Menurut WHO (2009) beberapa negara di dunia praktek IMD sangat
rendah, di Eropa Timur dan Negara-negara Asia Tengah 17%, Asia Pasifik 33%,
tingkat tertinggi berada di Amerika Latin, Karibia Timur dan Afrika Utara
sekitar 50 %. Cakupan pemberian ASI
eksklusif (0-6 bulan)
di Indonesia sebesar 61,5%. Provinsi
dengan cakupan terendah adalah
Aceh (49,6%).
Sedangkan provinsi
dengan cakupan tinggi diantaranya adalah
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
(79.7%),
Nusa Tenggara Timur
(77,4%) dan
Bengkulu (77,5).2
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat
disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan
tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi 0-6 bulan.
Masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI
eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum atau masih rendahnya praktik IMD
serta masih bebas beredarnya susu formula dilingkungan RS.3
Kasus kematian
bayi pada tahun 2011sebanyak 826 kasus dan 122 kasus kematian anak balita,
angka ini lebih rendah dari AKB nasional yaitu 32 per 1.000 KH. Proporsi
kematian bayi mencapai 47 persen dari seluruh kematian balita. Jika
dibandingkan dengan proporsi kematian pada tahun 2010, terjadi penurunan yang
sangat bermakna. Sebagian besar kematian bayi dikontribusi pada priode neonatal,
sehingga upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir
menjadi sangat strategis dalam percepatan pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGs) salah satu upaya pemberian ASI eksklusif secara dini adalah dengan
menerapkan teknik Inisiasi Menyusu Dini.4
Terdapat perbedaan proporsi kejadian pemberian ASI eksklusif antara
bayi yang dilakukan IMD dengan bayi yang tidak dilakukan IMD. Bayi yang
dilakukan IMD mempunyai peluang 2,8 kali lebih besar mendapatkan ASI eksklusif
dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan IMD.5 Penundaan IMD
merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kematian neonatus sebesar
2,4%. Penelitian tersebut menyatakan bahwa IMD dapat mengurangi angka kematian neonatus
sebesar 22%. Apabila menyusu dimulai
setelah 1 jam pertama kelahiran tapi belum lewat 24 jam, hanya dapat mengurangi
angka kematian neonatus sebesar 16%.6
Faktor keberlangsungan ASI eksklusif lain adalah Onset laktasi
yaitu masa permulaan untuk memperbanyak airsusu sampai air susu keluar pertama
kali atau persepsi ibu kapan air susunya keluar (come in) yang ditandai
dengan payudara terasa keras, berat, bengkak sampai air susu atau kolostrum
keluar. pemberian ASI predominat yaitu 2.3% dengan kategori pemberian air putih
(4.0%), cairan yang berisi vitamin dan teh (4.5%) dan susu formula (2.1%),
pemberian ASI predominant lebih banyak
terjadi pada ibu multipara, persalinan pervaginam, dan yang dilakukan IMD,
terdapat hubungan signifikan antara waktu onset laktasi dengan pemberian ASI
eksklusif bayi usia 6 bulan.7
Perlunya inisiasi dengan mengatakan bahwa dalam 30 menit pertama, bayi
istirahat dalam keadaan siaga, sesekali melihat ibunya, beradaptasi, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, 40 menit pertama bayi mulai mengeluarkan
suara, membuat gerakan menghisap dan memasukkan tangan ke mulut. Untuk itu
Inisiasi menyusui dini dapat memberikan kesempatan pada bayi untuk mulai
menyusu segera setelah bayi dilahirkan. Maka perlu dipastikan bahwa bayi
mendapatkan kesempatan untuk melakukan proses inisiasi menyusui paling tidak
satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI
di kemudian hari.1
Pemberian
ASI eksklusif di Kabupaten Tamiang sebesar 7,6% atau sebanyak 436 bayi dari
5762 jumlah bayi di tahun 2012. Jumlah ini dibawah target nasional 80%. Sedangkan untuk
cakupan pencapaian IMD belum terdapat laporan baik di rumah sakit atau di
puskesmas.8
Terdapat 2 puskesmas yang telah menerapkan
APN dan IMD yaitu Puskesmas Seruwai dan Manyak Payed. Berdasarkan data yang diperoleh, di tahun 2012
jumlah persalinan di Puskesmas Seruwai berjumlah 207 persalinan, 196 persalinan
yang disertai dengan IMD sedangkan 11 lainnya tidak dilakukan IMD karena
mengalami aspiksia berat. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar
4,7%. Jumlah persalinan di Puskesams Manyak Payed 145 persalinan dan 86 bayi mendapatkan
IMD dan 59 bayi tidak dilakukan IMD karena mengalami aspiksia berat. Cakupan
ASI eksklusif puskesmas Manyak Payed hanya 0,9%. Rendahnya cakupan ASI eksklusif
di Kabupaten Aceh tamiang dipengaruhi beberapa faktor yaitu belum adanya
kebijakan dari instansi yang terkait dalam penekanan pelaksanaan inisiasi
menyusu dini. Hal ini dapat dilihat dimana di tempat pelayanan kesehatan masih
dilakukan promosi susu formula, bahkan tidak jarang bidan praktek memberikan
susu formula pada bayi baru lahir, selain itu latar belakang pendidikan bidan
yang masih rendah serta minimnya pelatihan bidan tentang IMD mempunyai pengaruh
besar dalam pelaksanaan IMD.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian survey yang bersifat
analitik dengan pendekatan case control
study. Kelompok kasus adalah ibu yang mendapatkan IMD sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan IMD. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Juli s/d bulan Agustus tahun 2013. Populasi yang digunakan
adalah seluruh ibu yang melahirkan di Puskesmas rawat inap Seruwai dan
Puskesmas rawat inap Manyak Payed. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya yaitu; Ibu tidak mengalami kelainan atau komplikasi kehamilan persalinan, Bayi lahir normal dan tidak mengalami kelainan kongenital dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed concent Sedangkan kriteria eksklusi; pindah tempat alamat tinggal atau ada rencana akan pindah dalam dua minggu
sehingga tidak bisa dilakukan kunjungan rumah, bayi yang tidak diasuh oleh ibunya/diserah terimakan kepada orang lain, bayi yang
tidak sehat (asfiksia, ikterus, dll)
Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah kuesioner yang berisi pertanyaan
karakteristik responden. Data praktik menyusui diperoleh dengan wawancara
menggunakan panduan dan observasi langsung kepada pada saat bayi berusia satu
dan dua minggu. Sedangkan untuk data IMD diperoleh dengan observasi menggunakan
cek list prosedur IMD.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran terhadap variabel dependen dan independen yaitu Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Praktik
Menyusui di Puskesmas Poned Kabupaten Aceh Tamiang dari bulan Juli
sampai dengan Agustus tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi
Frekuensi Karakteristik Responden kelompok
kasus dan kontrol di Puskesmas Seruwai dan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2013
No
|
Karakteristik subjek
|
Kasus
|
Kontrol
|
Jumlah
|
|||
n=20
|
%
|
n=20
|
%
|
N=40
|
%
|
||
1
|
Umur
-
<20 tahun
-
20-25 tahun
-
> 35
tahun
|
0
21
1
|
0
55%
100
|
1
17
0
|
100%
45
0
|
1
38
1
|
2,5%
95%
2,5%
|
2
|
Pendidikan
- Dasar
- Menengah
- Tinggi
|
3
14
5
|
50%
54%
63%
|
3
12
3
|
50%
46%
37%
|
6
26
8
|
15%
65%
20%
|
3
|
Pekerjaan
-
Bekerja
-
Tidak
bekerja
|
8
11
|
57%
42%
|
6
15
|
43%
58%
|
14
26
|
35%
65%
|
4
|
Jarak
persalinan
- Tidak ada
- < 2 tahun
- ≥ 2 tahun
|
2
8
10
|
22%
57%
59%
|
7
6
7
|
78%
43%
42%
|
9
14
17
|
22,5%
35%
42,5%
|
Tabel 1 menunjukkan
umur responden 20-25 tahun lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 21 orang
(55%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi lebih tinggi pada kelompok
kasus sebanyak 5 orang (63%). Untuk status pekerjaan, ibu yang tidak bekerja
lebih banyak pada kelompok kontrol sebanyak 15 orang (58%). Dan untuk jarak
persalinan dengan anak yang lalu, kelompok kontrol memiliki responden dengan
tidak adanya jarak antara kehamilan yang lalu dengan sekarang lebih tinggi
yaitu sebanyak 7 orang (78%).
Tabel 2. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap
Praktik Menyusui di Puskesmas
Seruwai dan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Praktik Menyusui
|
Kasus
n %
|
Kontrol
n %
|
X2
|
P
|
OR
|
Predominan breastfeeding
|
13 (65%)
7 (35%)
|
15 (75%)
|
4,94
|
0,026
|
5,57
|
Partial
breastfeeding
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu
yang melakukan praktek menyusui secara predominant
breastfeeding lebih tinggi pada ibu yang dilakukan IMD (65%) dibandingkan
yang tidak IMD (25%). Hasil uji statistik didapatkan hasil
nilai P<0,05 (0,026) yang artinya ada pengaruh antara pelaksanaan IMD
terhadap praktik menyusui. Bayi yang dilakukan IMD akan 5 kali lebih
besar untuk melakukan praktik menyusui secara predominan breastfeeding dibandingkan bayi yang tidak dilakukan
IMD.
Waktu onset
laktasi lebih dari 3 hari berhubungan dengan pemberian ASI prelacteal Fedding akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Pemberian susu formula dan prelacteal feeding sebelum ASI keluar akan
menghambat produksi ASI sehingga ibu tidak menyusui bayinya dengan alasan bahwa
ASI nya tidak keluar.9
Faktor yang mempengaruhi praktik menyusui
dapat dilihat dari tingkat individu dan
kelompok. Faktor individu secara langsung yaitu kebijakan dan praktik prosedur rutin di
rumah sakit termasuk di dalamnya kontak kulit dengan kulit. Ibu dan bayi harus dibiarkan tinggal bersama dan pemberian ASI
berdasarkan atas permintaan bayi. Melalui stimulasi sistem neuro endokrin, meletakkan bayi di dekat ibu akan menstimulasi
respons kasih sayang dari ibu yang selanjutnya akan menstimulasi produksi ASI.
Hal ini akan sangat membantu proses awal menyusui.10
Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan tahap awal menyusu oleh bayi
segera setelah dilahirkan oleh Ibunya. Bagi seorang Ibu proses ini berarti
tahap awal pelaksanaan ASI ekslusif. Bayi yang menyusui lebih dini akan lebih
berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama durasi menyusui dan memperbesar
peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa
bayi, isapan puting susu saat bayi menyusu dapat merangsang pengeluaran hormon
prolaktin dan oksitosin.1
Bayi yang onset laktasinya lebih dari 3 hari akan mendapatkan susu formula ataupun prelacteal
feeding dan berpengaruh terhadap pemberian ASI. Onset laktasi berhubungan
dengan produksi ASI dan pengenalan atau pemberian pengganti ASI sebelum ASI
keluar. Ibu yang kurang memahami proses pembentukkan ASI dan mengalami onset
laktasinya terlambat atau lebih dari 3 hari PP akan kehilangan kepercayaan diri
mereka untuk memproduksi ASI yang lebih banyak, sehingga mereka tidak yakin
bahwa bayinya dapat bertahan dengan pengeluaran kolostrum yang sangat sedikit
pada hari pertama setelah lahir. Kehilangan kepercayaan tersebut akan semakin
memperlambat onset laktasi sehingga akan meningkatkan resiko untuk memberikan prelacteal
dengan susu formula atau makanan berbahan cair lainnya. Pemberian prelacteal
tersebut akan mengurangi frekuensi dan durasi bayi menghisap payudara ibunya
dan meningkatkan resiko penghentian dini pemberian ASI pada bayi.7
Menyusui segera (immediate breastfeeding) yaitu menyusui dalam waktu <30 menit
setelah persalinan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mencegah diberikannya makanan/minuman pralakteal tersebut. Interaksi segera
antara ibu dan bayi dalam beberapa menit setelah kelahiran berhubungan erat
dengan kesuksesan menyusui. Studi ini bermaksud untuk melihat seberapa jauh immediate breastfeeding dapat
memfasilitasi ibu untuk terus memberikan ASI-nya sampai minimal usia 4 bulan. Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding terletak pada penolong persalinan karena
dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan
masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk
segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera
terjadi. Dengan immediate breastfeeding
ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa
perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa
nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah
lahir.5
Pelaksanaan IMD dapat membantu ibu menyusui secara ekslusif dimana
pengaruh IMD mampu merangsang
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI meningkat.
Dari hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa ibu yang diberlakukan IMD tidak
mengalami masalah dalam praktik menyusui, karena pada saat bayi diletakkan
diatas perut ibu dalam proses kontak kulit ke kulit akan menimbulkan perasaan
tenang dan menumbuhkan keyakinan bahwa pelaksanaan praktik menyusui dapat
dilakukan secara maksimal.
KESIMPULAN
Bayi yang dilakukan IMD akan 5 kali lebih
besar untuk melakukan praktik menyusui secara predominan breastfeeding dibandingkan bayi yang tidak dilakukan IMD (OR 5,57)
SARAN
Diharapkan adanya koordinasi antara penentu
kebijakan dan keluarga guna mendukung IMD dan Praktik Menyusui Ekslusif dengan cara membentuk kelompok suami pendukung ASI. Kepada pengambil kebijakan baik di rumah sakit atau puskesmas agar mewajibkan setiap penolong persalinan untuk memfasilitasi IMD pada setiap persalinan di berbagai tempat
pertolongan persalinan
DAFTAR PUSTAKA
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi
Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Widodo, Yekti. 2011. Cakupan
Pemberian Asi Eksklusif: Akurasi Dan Interpretasi Data Survei Dan Laporan
Program puslitbang Gizi Dan Makanan Bogor
Depkes RI (2007) Pelatihan
Konseling menyusui bagi peserta, Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Aceh (2011). Profil
Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010, Banda Aceh.
Susilawati, 2010. Pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kelangsungan Pemberian ASI Eksklusif Di
Kabupaten Kampar Riau.
Edmond, K.M., C. Zandoh, M.A. Quigley, S.A. Etego, S.O. Agyei, B.R.
Kirkwood.,( 2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal
Mortality, Pediatrics 117, p.
380-386.
Hruschka, D. J., Sellen, D. W., Stein, A. D. & Martorell, R.
(2003) Delayed Onset of Lactation and Risk of Ending Full Breast-Feeding Early
in Rural Guatemala. J. Nutr.,
1332592–99.
Dinkes Kab. Aceh Tamiang (2012)
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012, Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang .
Hatini, Eka. Erina, 2011. Pengaruh
Onset Laktasi Terhadap Praktik Pemberian Asi Pada Neonatus Di Kota Palangka
Raya
Ida. 2011. Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar