Senin, 29 Desember 2014

Putri Santy: Jurnal Pionir, Volume II, Nomor 1, Juli-Desember 2014, hal. 19-24

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PRAKTIK MENYUSUI
DI PUSKESMAS SERUWAI DAN PUSKESMAS MANYAK PAYED KABUPATEN ACEH TAMIANG

Oleh:
Putri Santy

ABSTRAK
Penerapan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi kejadian kematian pada balita sebesar 8,8%. IMD juga meningkatkan keberhasilan pemberian ASI ekslusif dan lama menyusui sampai dua tahun. Pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir belum menjadi prosedur tetap pertolongan persalinan di Kabupaten Aceh Tamiang, yang disebabkan minimnya bidan terlatih dalam pelaksanaan IMD. Hal ini menyebabkan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Aceh Tamiang untuk tahun 2012 sebesar 7,6%, sangat jauh dari cakupan nasional sebesar 80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap praktik menyusui. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan rancangan cross cectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di Puskesmas rawat inap Seruwai dan Puskesmas rawat inap Manyak Payed. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling diperoleh total sampel 40 orang. Perolehan data penelitian melalui kuesioner dan observasi langsung. Analisa data dengan chi square test diperoleh hasil ada pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan praktik menyusui dengan nilai p 0,026 dan keberhasilan praktik menyusui secara predominan breastfeeding 5 kali lebih berhasil pada bayi yang mendapatkan IMD dibandingkan yang tidak IMD dengan nilai OR 5,57. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan praktik menyusui. Saran ditujukan kepada pengambil kebijakan untuk menetapkan pelaksanaan IMD sebagai prosedur tetap pertolongan persalinan, dan kepada bidan untuk memfasilitasi IMD  pada setiap proses persalinan.

Kata Kunci:  Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Praktik menyusui

PENDAHULUAN
Penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2000 di enam negara berkembang, resiko kematian bayi usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Sedangkan jika usia bayi dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari, artinya IMD mengurangi angka kematian Balita 8,8%. IMD meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif  dan lama menyusui sampai dua tahun. Dengan demikian dapat menurunkan angka kematian anak secara menyeluruh.1
Menurut WHO (2009) beberapa negara di dunia praktek IMD sangat rendah, di Eropa Timur dan Negara-negara Asia Tengah 17%, Asia Pasifik 33%, tingkat tertinggi berada di Amerika Latin, Karibia Timur dan Afrika Utara sekitar 50 %. Cakupan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) di Indonesia sebesar 61,5%. Provinsi dengan cakupan terendah adalah Aceh (49,6%). Sedangkan provinsi dengan cakupan tinggi diantaranya adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (79.7%), Nusa Tenggara Timur (77,4%) dan Bengkulu (77,5).2
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman masyarakat bahkan petugas kesehatan tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi 0-6 bulan. Masih banyak Rumah Sakit (RS) yang belum mendukung peningkatan pemberian ASI eksklusif, yang dapat ditandai dengan belum atau masih rendahnya praktik IMD serta masih bebas beredarnya susu formula dilingkungan RS.3
Kasus kematian bayi pada tahun 2011sebanyak 826 kasus dan 122 kasus kematian anak balita, angka ini lebih rendah dari AKB nasional yaitu 32 per 1.000 KH. Proporsi kematian bayi mencapai 47 persen dari seluruh kematian balita. Jika dibandingkan dengan proporsi kematian pada tahun 2010, terjadi penurunan yang sangat bermakna. Sebagian besar kematian bayi dikontribusi pada priode neonatal, sehingga upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir menjadi sangat strategis dalam percepatan pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) salah satu upaya pemberian ASI eksklusif secara dini adalah dengan menerapkan teknik Inisiasi Menyusu Dini.4
Terdapat perbedaan proporsi kejadian pemberian ASI eksklusif antara bayi yang dilakukan IMD dengan bayi yang tidak dilakukan IMD. Bayi yang dilakukan IMD mempunyai peluang 2,8 kali lebih besar mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan IMD.5 Penundaan IMD merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kematian neonatus sebesar 2,4%. Penelitian tersebut menyatakan bahwa IMD dapat mengurangi angka kematian neonatus sebesar 22%. Apabila menyusu dimulai setelah 1 jam pertama kelahiran tapi belum lewat 24 jam, hanya dapat mengurangi angka kematian neonatus sebesar 16%.6
Faktor keberlangsungan ASI eksklusif lain adalah Onset laktasi yaitu masa permulaan untuk memperbanyak airsusu sampai air susu keluar pertama kali atau persepsi ibu kapan air susunya keluar (come in) yang ditandai dengan payudara terasa keras, berat, bengkak sampai air susu atau kolostrum keluar. pemberian ASI predominat yaitu 2.3% dengan kategori pemberian air putih (4.0%), cairan yang berisi vitamin dan teh (4.5%) dan susu formula (2.1%), pemberian ASI predominant lebih banyak terjadi pada ibu multipara, persalinan pervaginam, dan yang dilakukan IMD, terdapat hubungan signifikan antara waktu onset laktasi dengan pemberian ASI eksklusif bayi usia 6 bulan.7
Perlunya inisiasi dengan mengatakan bahwa dalam 30 menit pertama, bayi istirahat dalam keadaan siaga, sesekali melihat ibunya, beradaptasi, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, 40 menit pertama bayi mulai mengeluarkan suara, membuat gerakan menghisap dan memasukkan tangan ke mulut. Untuk itu Inisiasi menyusui dini dapat memberikan kesempatan pada bayi untuk mulai menyusu segera setelah bayi dilahirkan. Maka perlu dipastikan bahwa bayi mendapatkan kesempatan untuk melakukan proses inisiasi menyusui paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini akan menunjang proses lancarnya ASI di kemudian hari.1
Pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Tamiang sebesar 7,6% atau sebanyak 436 bayi dari 5762 jumlah bayi di tahun 2012. Jumlah ini dibawah target nasional 80%. Sedangkan untuk cakupan pencapaian IMD belum terdapat laporan baik di rumah sakit atau di puskesmas.8
Terdapat 2 puskesmas yang telah menerapkan APN dan IMD yaitu Puskesmas Seruwai dan Manyak Payed.  Berdasarkan data yang diperoleh, di tahun 2012 jumlah persalinan di Puskesmas Seruwai berjumlah 207 persalinan, 196 persalinan yang disertai dengan IMD sedangkan 11 lainnya tidak dilakukan IMD karena mengalami aspiksia berat. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 4,7%. Jumlah persalinan di Puskesams Manyak Payed 145 persalinan dan 86 bayi mendapatkan IMD dan 59 bayi tidak dilakukan IMD karena mengalami aspiksia berat. Cakupan ASI eksklusif puskesmas Manyak Payed hanya 0,9%. Rendahnya cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Aceh tamiang dipengaruhi beberapa faktor yaitu belum adanya kebijakan dari instansi yang terkait dalam penekanan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hal ini dapat dilihat dimana di tempat pelayanan kesehatan masih dilakukan promosi susu formula, bahkan tidak jarang bidan praktek memberikan susu formula pada bayi baru lahir, selain itu latar belakang pendidikan bidan yang masih rendah serta minimnya pelatihan bidan tentang IMD mempunyai pengaruh besar dalam pelaksanaan IMD.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat analitik dengan pendekatan case control study. Kelompok kasus adalah ibu yang mendapatkan IMD sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan IMD. Pengumpulan data dilakukan dari bulan Juli s/d bulan Agustus tahun 2013.  Populasi yang digunakan adalah seluruh ibu yang melahirkan di Puskesmas rawat inap Seruwai dan Puskesmas rawat inap Manyak Payed. Teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya yaitu; Ibu tidak mengalami kelainan atau komplikasi kehamilan persalinan, Bayi lahir normal dan tidak mengalami kelainan kongenital dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed concent Sedangkan kriteria eksklusi; pindah tempat alamat tinggal atau ada rencana akan pindah dalam dua minggu sehingga tidak bisa dilakukan kunjungan rumah, bayi yang tidak diasuh oleh ibunya/diserah terimakan kepada orang lain, bayi yang tidak sehat (asfiksia, ikterus, dll)
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah kuesioner yang berisi pertanyaan karakteristik responden. Data praktik menyusui diperoleh dengan wawancara menggunakan panduan dan observasi langsung kepada pada saat bayi berusia satu dan dua minggu. Sedangkan untuk data IMD diperoleh dengan observasi menggunakan cek list prosedur IMD.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran terhadap variabel dependen dan independen yaitu Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Praktik Menyusui di Puskesmas Poned Kabupaten Aceh Tamiang dari bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden kelompok kasus dan kontrol di Puskesmas Seruwai dan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
No
Karakteristik subjek
Kasus
Kontrol
Jumlah
n=20
%
n=20
%
N=40
%
1
Umur
-      <20 tahun
-      20-25 tahun
-      > 35 tahun

0
21
1

0
55%
100

1
17
0

100%
45
0

1
38
1

2,5%
95%
2,5%
2
Pendidikan
-       Dasar
-       Menengah
-       Tinggi

3
14
5

50%
54%
63%

3
12
3

50%
46%
37%

6
26
8

15%
65%
20%
3
Pekerjaan
-       Bekerja
-       Tidak bekerja

8
11

57%
42%

6
15

43%
58%

14
26

35%
65%
4
Jarak persalinan
-       Tidak ada
-       < 2 tahun
-       ≥ 2 tahun

2
8
10

22%
57%
59%

7
6
7

78%
43%
42%

9
14
17

22,5%
35%
42,5%


Tabel 1 menunjukkan umur responden 20-25 tahun lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 21 orang (55%). Responden dengan tingkat pendidikan tinggi lebih tinggi pada kelompok kasus sebanyak 5 orang (63%). Untuk status pekerjaan, ibu yang tidak bekerja lebih banyak pada kelompok kontrol sebanyak 15 orang (58%). Dan untuk jarak persalinan dengan anak yang lalu, kelompok kontrol memiliki responden dengan tidak adanya jarak antara kehamilan yang lalu dengan sekarang lebih tinggi yaitu sebanyak 7 orang (78%).

Tabel 2.  Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap Praktik Menyusui di Puskesmas Seruwai dan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013
Praktik Menyusui
Kasus
n          %
Kontrol
n         %
X2
P
OR
Predominan breastfeeding
13     (65%)

7       (35%)
5     (25%)

15     (75%)
4,94
0,026


5,57
Partial breastfeeding






Tabel 2 menunjukkan bahwa ibu yang melakukan praktek menyusui secara predominant breastfeeding lebih tinggi pada ibu yang dilakukan IMD (65%) dibandingkan yang tidak IMD (25%). Hasil uji statistik didapatkan hasil nilai P<0,05 (0,026) yang artinya ada pengaruh antara pelaksanaan IMD terhadap praktik menyusui. Bayi yang dilakukan IMD akan 5 kali lebih besar untuk melakukan praktik menyusui secara predominan breastfeeding dibandingkan bayi yang tidak dilakukan IMD.
Waktu onset laktasi lebih dari 3 hari berhubungan dengan pemberian ASI prelacteal Fedding akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Pemberian susu formula dan prelacteal feeding sebelum ASI keluar akan menghambat produksi ASI sehingga ibu tidak menyusui bayinya dengan alasan bahwa ASI nya tidak keluar.9
Faktor yang mempengaruhi praktik menyusui dapat dilihat  dari tingkat individu dan kelompok. Faktor individu secara langsung yaitu kebijakan dan praktik prosedur rutin di rumah sakit termasuk di dalamnya kontak kulit dengan kulit. Ibu dan bayi harus dibiarkan tinggal bersama dan pemberian ASI berdasarkan atas permintaan bayi. Melalui stimulasi sistem neuro endokrin, meletakkan bayi di dekat ibu akan menstimulasi respons kasih sayang dari ibu yang selanjutnya akan menstimulasi produksi ASI. Hal ini akan sangat membantu proses awal menyusui.10
Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan tahap awal menyusu oleh bayi segera setelah dilahirkan oleh Ibunya. Bagi seorang Ibu proses ini berarti tahap awal pelaksanaan ASI ekslusif. Bayi yang menyusui lebih dini akan lebih berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama durasi menyusui dan memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi, isapan puting susu saat bayi menyusu dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin.1
Bayi yang onset laktasinya lebih dari  3 hari akan mendapatkan susu formula ataupun prelacteal feeding dan berpengaruh terhadap pemberian ASI. Onset laktasi berhubungan dengan produksi ASI dan pengenalan atau pemberian pengganti ASI sebelum ASI keluar. Ibu yang kurang memahami proses pembentukkan ASI dan mengalami onset laktasinya terlambat atau lebih dari 3 hari PP akan kehilangan kepercayaan diri mereka untuk memproduksi ASI yang lebih banyak, sehingga mereka tidak yakin bahwa bayinya dapat bertahan dengan pengeluaran kolostrum yang sangat sedikit pada hari pertama setelah lahir. Kehilangan kepercayaan tersebut akan semakin memperlambat onset laktasi sehingga akan meningkatkan resiko untuk memberikan prelacteal dengan susu formula atau makanan berbahan cair lainnya. Pemberian prelacteal tersebut akan mengurangi frekuensi dan durasi bayi menghisap payudara ibunya dan meningkatkan resiko penghentian dini pemberian ASI pada bayi.7
Menyusui segera (immediate breastfeeding) yaitu menyusui dalam waktu <30 menit setelah persalinan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya makanan/minuman pralakteal tersebut. Interaksi segera antara ibu dan bayi dalam beberapa menit setelah kelahiran berhubungan erat dengan kesuksesan menyusui. Studi ini bermaksud untuk melihat seberapa jauh immediate breastfeeding dapat memfasilitasi ibu untuk terus memberikan ASI-nya sampai minimal usia 4 bulan. Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding terletak pada penolong persalinan karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan immediate breastfeeding ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir.5
Pelaksanaan IMD dapat membantu ibu menyusui secara ekslusif dimana pengaruh  IMD mampu merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin sehingga produksi ASI meningkat. Dari hasil wawancara mendalam menunjukkan bahwa ibu yang diberlakukan IMD tidak mengalami masalah dalam praktik menyusui, karena pada saat bayi diletakkan diatas perut ibu dalam proses kontak kulit ke kulit akan menimbulkan perasaan tenang dan menumbuhkan keyakinan bahwa pelaksanaan praktik menyusui dapat dilakukan secara maksimal.

KESIMPULAN
Bayi yang dilakukan IMD akan 5 kali lebih besar untuk melakukan praktik menyusui secara predominan breastfeeding dibandingkan bayi yang tidak dilakukan IMD (OR 5,57)

SARAN
Diharapkan adanya koordinasi antara penentu kebijakan dan keluarga guna mendukung IMD dan Praktik Menyusui Ekslusif dengan cara membentuk kelompok suami pendukung ASI. Kepada pengambil kebijakan baik di rumah sakit atau puskesmas agar mewajibkan setiap penolong persalinan untuk memfasilitasi IMD  pada setiap persalinan di berbagai tempat pertolongan persalinan


DAFTAR PUSTAKA

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Widodo, Yekti. 2011. Cakupan Pemberian Asi Eksklusif: Akurasi Dan Interpretasi Data Survei Dan Laporan Program puslitbang Gizi Dan Makanan Bogor
Depkes RI (2007) Pelatihan Konseling menyusui bagi peserta, Jakarta: Depkes RI.
Dinkes Aceh (2011). Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2010, Banda Aceh.
Susilawati, 2010. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kelangsungan Pemberian ASI Eksklusif Di Kabupaten Kampar Riau.
Edmond, K.M., C. Zandoh, M.A. Quigley, S.A. Etego, S.O. Agyei, B.R. Kirkwood.,( 2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality, Pediatrics 117, p. 380-386.
Hruschka, D. J., Sellen, D. W., Stein, A. D. & Martorell, R. (2003) Delayed Onset of Lactation and Risk of Ending Full Breast-Feeding Early in Rural Guatemala. J. Nutr., 1332592–99.
Dinkes Kab. Aceh Tamiang (2012) Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang .
Hatini, Eka. Erina, 2011. Pengaruh Onset Laktasi Terhadap Praktik Pemberian Asi Pada Neonatus Di Kota Palangka Raya
Ida. 2011. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif  6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok.                                                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar